Arabiyah linnasyiin - Ketenangan hati, kecukupan rezeki, dan kemuliaan ibadah bukanlah hasil dari banyaknya harta, tingginya jabatan, atau panjangnya doa yang tak diiringi amal. Ia lahir dari hati yang ridha, jiwa yang qana’ah, dan langkah yang berhati-hati dari maksiat. Inilah kunci-kunci kebaikan yang telah diwariskan oleh para salaf dan ditegaskan oleh Rasulullah ﷺ.
Abdullah bin Mas‘ud radhiyallāhu ‘anhu berkata,
اِرْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ، أَدِّ مَا افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَاجْتَنِبْ مَا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْكَ تَكُنْ مِنْ أَوْرَعِ النَّاسِ.
“Ridhalah dengan pembagian dari Allah untukmu, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling berkecukupan.
Tunaikanlah apa yang Allah wajibkan atasmu, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling baik ibadahnya.
Dan jauhilah apa yang Allah haramkan atasmu, niscaya engkau menjadi orang yang paling wara’.”
(Az-Zuhd karya Abu Dawud, hlm. 139)
1. Ridha kepada Ketetapan Allah: Jalan Menuju Kekayaan Hati
Kekayaan yang sejati bukanlah berlimpahnya dunia, melainkan hati yang merasa cukup atas pembagian Allah. Inilah yang disebut qana’ah, sumber kebahagiaan yang tidak bisa dibeli dengan apa pun.
Rasulullah ﷺ bersabda:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki yang secukupnya dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezeki yang Allah berikan kepadanya.”
(HR. Muslim no. 1054)
Berapa banyak orang yang bergelimang harta namun gundah tanpa akhir, dan berapa banyak pula yang sederhana namun hidupnya tenteram karena hatinya ridha. Orang yang ridha tidak mengukur kebahagiaan dari banyaknya pemberian, tetapi dari lapangnya hati menerima takdir Rabb-nya.
2. Melaksanakan Kewajiban: Jalan Menuju Ibadah Terbaik
Kebaikan tidak diukur dari banyaknya amal sunnah yang dilakukan, tetapi dari seberapa sempurna kita menunaikan yang wajib. Orang yang menjaga shalatnya, menunaikan zakatnya, menjaga lisannya, dan menahan pandangannya dialah yang paling beribadah di sisi Allah.
Ibadah bukan sekadar gerakan tubuh, tetapi ketaatan yang lahir dari hati yang tunduk dan ikhlas. Seorang hamba tidak akan menjadi “a’badun-nās” (paling ahli ibadah) kecuali bila ia benar-benar menunaikan perintah Rabb-nya dengan penuh cinta dan takut.
3. Menjauhi yang Haram: Jalan Menuju Hati yang Wara’
Menjauhi larangan adalah bukti cinta dan penghormatan seorang hamba kepada Tuhannya. Wara’ bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi berhati-hati dalam setiap langkah agar tidak tergelincir dalam dosa.
Rasulullah ﷺ pernah menasihati Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu dengan nasihat yang sarat makna:
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ، وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا، وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ.
“Wahai Abu Hurairah, jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi sebaik-baiknya ahli ibadah.
Jadilah orang yang qana’ah (selalu merasa cukup dengan pemberian Allah), maka engkau akan menjadi orang yang benar-benar bersyukur.
Sukailah sesuatu untuk manusia sebagaimana engkau suka jika itu ada pada dirimu sendiri, maka engkau akan menjadi seorang mukmin yang baik.
Berbuat baiklah kepada tetanggamu, maka engkau akan menjadi muslim sejati.
Kurangilah banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati.”
(HR. Ibnu Majah no. 4217)
Tiga kunci ini ridha, taat, dan wara’ adalah jalan menuju kebahagiaan yang hakiki. Siapa yang ridha terhadap bagian yang Allah tetapkan, maka ia tidak akan pernah merasa kekurangan. Siapa yang tekun menjalankan kewajiban, maka ia akan dekat dengan Allah. Dan siapa yang menjauhi yang haram, maka Allah akan menjaga hatinya dari kerusakan.
Ketenangan bukan terletak pada banyaknya yang dimiliki, tetapi pada hati yang tenang dalam menerima dan berserah.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang ridha atas takdir-Nya, taat pada perintah-Nya, dan berhati wara’ dalam kehidupan dunia ini hingga kelak kita berjumpa dengan-Nya dalam keadaan hati yang bersih.
Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store