Arabiyah linnasyiin - Memang pada dasarnya, manusia merasa bahagia ketika dirinya dipuji, tetapi sesungguhnya ada bahaya besar yang tersembunyi di baliknya, yaitu riya’. Dalam setiap amal ibadah, keikhlasan merupakan syarat mutlak agar amal diterima di sisi Allah ﷻ. Sebuah amal yang besar bisa menjadi tidak bernilai sama sekali jika tercampur riya’. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu introspeksi diri dan meluruskan niat agar setiap amal hanya untuk Allah ﷻ.
Riya’ merupakan suatu perbuatan berkedok amal ibadah yang dengan sengaja ditampakkan pelakunya pada manusia lain dengan tujuan agar dilihat atau dipuji oleh manusia, bukan demi keridhaan Allah ﷻ. Dalam sebuah hadist yang panjang, Rasulullah ﷺ telah memperingatkan bahaya riya’ dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 5032 yang artinya:
“Sesungguhnya yang pertama kali diputuskan perkaranya pada hari kiamat adalah seorang yang meninggal sebagai syahid, lalu dibawa ke hadapan Allah ﷻ dan diperlihatkan nikmat-nikmat dari-Nya, lalu ia mengakuinya. Maka ia ditanya, Lantas, apa yang telah engkau perbuat dengannya? Ia menjawab, Aku berjihad di jalanmu sehingga terbunuh sebagai syahid. Allah berkata, Kau dusta! Dirimu berjuang karena ingin dikatakan sebagai orang pemberani, sedangkan kau telah mendapatkannya. Kemudian diperintahkanlah dirinya agar dilemparkan ke dalam neraka.
Yang setelahnya adalah seorang mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta mendalami al-Qur’an dan mendapatkannya. Lalu Allah memperlihatkan nikmat-nikmat dari-Nya dan ia pun mengakuinya. Maka ia ditanya, Apa yang kau perbuat dengannya? Ia menjawab, Aku belajar, mengajar ilmu dan mempelajari al-Qur’an karena Engkau. Allah berkata, Kau berdusta! Akan tetapi engkau belajar ilmu supaya dikatakan sebagai seorang yang pandai, dan engkau belajar al-Qur’an agar disebut qari’, dan itu sudah kau dapatkan. Kemudian diperintahkanlah dirinya agar dilemparkan ke dalam neraka”. (HR. Muslim 5032)
Hadits ini menggambarkan bahwasanya amal sebesar jihad, menuntut ilmu, dan sedekah bisa tidak bernilai jika dilakukan dengan tujuan selain Allah ﷻ. Mereka yang tertipu oleh riya’ akan menghadapi kebinasaan di akhirat, meskipun amalnya tampak besar di mata manusia.
Sesungguhnya Allah ﷻ memerintahkan manusia untuk memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam beribadah.
وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ ۗ
“Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah: 5)
Ketahuilah sesungguhnya, setan tidak pernah berhenti membisiki hati manusia agar terjebak dalam jebakan riya’. Riya’ tersembunyi sering kali sangat halus dan sulit disadari. Maka dari itu kita harus berhati-hati agar tidak tertipu dengan pujian manusia, kekayaan, ilmu dan segala nikmat dan kelebihan yang Allah berikan pada kita, sesungguhnya itu semua ujian. Maka jangan sampai dalam hati kita muncul keinginan pujian, pengakuan penghormatan dari manusia, kemudian jangan pula sampai kita takut pada celaan manusia.
Riya’ terselubung adalah ujian besar yang mengintai setiap insan beriman. Oleh karena itu, kita harus terus memperbaiki niat dan memohon pertolongan Allah ﷻ agar setiap amal ibadah kita dilandasi keikhlasan. Jangan mudah menilai orang lain terjerumus dalam riya’, namun fokuslah pada koreksi diri sendiri.
Mari kita renungkan firman Allah ﷻ dalam Surah Az-Zumar ayat 2:
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.”
Semoga Allah ﷻ melindungi kita dari riya’ dan menjadikan kita hamba-Nya yang ikhlas dalam setiap amal. Aamiin.
Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store