My Blog

  • 08-01-2024

Untaian Nasihat Teruntuk Kaum Muslimin dalam Pemilu

Fikar store - Pemilu merupakan momentum penting bagi bangsa Indonesia untuk menentukan arah dan masa depan negara ini. Dalam sebuah pemilu, setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk memilih pemimpinnya. Dan dalam setiap hak yang dipergunakan, tentunya setiap pemilih menginginkan pemimpin yang ideal seperti yang mereka harapkan. Walau bagaimanapun terkait kepemimpinan, pemimpin yang ideal dalam kacamata Islam akan jauh lebih baik.

Namun tahukah kita bahwasanya dalam islam ada kriteria ideal dalam kepemimpinan yaitu memiliki skill dalam hal kepemimpinan dan segala hal yang berkaitan dan amanah, yaitu jujur dapat dipercaya. Ini sesuai dengan apa yang dijelaskan Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam kitab As-Siyasah As-Syar’iyah. Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْاَمِيْنُ

Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau pekerjakan adalah orang yang kuat (memiliki Skill) lagi amanah (dapat dipercaya).” (Qs. Al-Qasas: 26)

Pada ayat diatas kata “kuat” diartikan sebagai seseorang yang memiliki skill dalam kepemimpinan dan memiliki ilmu-ilmu dalam hal kepemimpinan dan segala hal yang berkaitan dengannya. Dapat dikatakan seorang pemimpin harus memiliki ilmu dan bukan orang yang bodoh dan tidak berilmu. Seorang pemimpin yang ideal, utamanya harus memiliki ilmu Agama, beriman dan bertaqwa kepada Allah subhanahu wa Ta’ala. Di lain sisi seorang pemimpin juga harus memiliki pengalaman dan pemahaman dalam ilmu tata negara. 

Seorang pemimpin yang ideal juga harus “Amanah”, ini sesuai dengan ayat diatas. Yaitu seorang yang benar-benar takut dan tunduk kepada Allah. Ia tidak memperjualbelikan ayat Allah untuk kepentingan dunia atau kepentingan pribadi atau kelompoknya. Selain itu seorang pemimpin tidak boleh memiliki rasa takut kepada apapun. Maksudnya seorang pemimpin tidak boleh takut kepada ancaman dan cercaan manusia, kemiskinan dan hilangnya pendukung. Pemimpin yang ideal dalam Islam hanya takut kepada Allah bukan pada hal yang lain. 

Selain memiliki skill dan amanah, seorang pemimpin yang ideal dalam Islam juga harus memiliki sifat-sifat lain yang menjadikannya layak untuk dipilih oleh kaum muslimin. Di antara sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut.

Adil, yaitu seorang pemimpin yang tidak membeda-bedakan antara rakyatnya, baik dalam hal hak dan kewajiban, maupun dalam hal perlakuan dan pelayanan. Seorang pemimpin yang adil akan berusaha untuk menegakkan keadilan di seluruh wilayah kekuasaannya, tanpa memihak kepada kelompok tertentu atau menzalimi kelompok lain. Allah Ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan (Qs. Al-Maidah: 8)

Bijaksana, yaitu seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Seorang pemimpin yang bijaksana akan mempertimbangkan segala aspek dan dampak dari keputusannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, baik bagi dirinya maupun bagi rakyatnya. Seorang pemimpin yang bijaksana juga akan mendengarkan masukan dan saran dari orang-orang yang ahli dan berpengalaman terutama para ulama’, serta tidak gegabah dan terburu-buru dalam mengambil tindakan. 

Berwibawa, yaitu seorang pemimpin yang memiliki kharisma dan pengaruh yang positif bagi rakyatnya. Seorang pemimpin yang berwibawa akan dihormati dan dicintai oleh rakyatnya, serta mampu untuk mengayomi dan melindungi mereka. Seorang pemimpin yang berwibawa juga akan ditakuti dan dihargai oleh musuh-musuhnya, serta mampu untuk menegakkan kedaulatan dan kehormatan negaranya. Seorang pemimpin yang berwibawa tidak akan mudah tergoda oleh godaan dan rayuan, baik dari dalam maupun dari luar negeri. 

Dan pada akhirnya walaupun pemilu ini merupakan bentuk dari tasyabbuh, dan kita mengakui itu.  Karena itu bertentangan dengan syariat Islam. Namun, jika kita berada di suatu negara yang mewajibkan pemilu, dan kita tidak memiliki kekuasaan untuk mengubahnya, maka kita boleh saja ikut serta dalam pemilihan pemimpin, asalkan kita memilih kandidat yang paling baik bagi kepentingan Islam dan kaum muslimin. Bisa jadi, kandidat tersebut memiliki kebaikan yang lebih banyak atau keburukan yang lebih sedikit daripada yang lain. Dalam islam ada dua kaidah yaitu:

ارتكاب أخف للضررين

“Memilih mudharat yang paling ringan dari dua mudharat.”

Atau kaedah lain yang sudah dikenal oleh para ulama, yaitu:

الضرورة تبيح المحظورات

“Kondisi darurat membolehkan sesuatu yang dilarang.”

Hal ini sudah dijelaskan dan difatwakan dari  para ulama besar, seperti Syaikh Abdulaziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih al 'Utsaimin, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam situasi seperti ini kita boleh menyatakan, “tidak apa-apa ikut memilih kandidat yang kepemimpinannya kelak akan memberi manfaat bagi kaum muslimin.”

Tapi, yang perlu kita ingat adalah bahwa niat kita dalam ikut pemilu adalah demi kemaslahatan Islam dan kaum muslimin, bukan karena menghalalkan pemilu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

"انما الأعمال بالنيات

“Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niat.”

Demikian semoga kita semua dapat memilih pemimpin yang sesuai dengan kriteria ideal dalam Islam, dan semoga Allah memberkahi pemilu kita dengan kebaikan dan kemaslahatan. Aamiin.

Fikar store – Grosir kitab online 

admin
Admin