My Blog

  • 30-04-2024

Umur Bekal yang Sedikit

Nahwu Wadhih -  Dalam perjalanan hidup yang fana ini, umur manusia bagaikan mata uang yang terus berkurang nilainya seiring berjalannya waktu. Ibnul Jauzi rahimahullah pernah mengatakan, 

Barang siapa yang mengetahui bahwasanya umur adalah perbekalan yang sangat sedikit yang ia gunakan untuk perjalanan menuju tempat yang kekal dan terus menerus di dalam jannah (surga), niscaya ia tidak akan menyia-nyiakan umurnya..” [ Hifzhul ‘Umur – hlm. 57 ] 

Ibnul Jauzi rahimahullah, dengan bijak, mengingatkan kita bahwasanya umur merupakan perbekalan yang sangat sedikit untuk perjalanan menuju kehidupan abadi di surga. Setiap detik yang berlalu adalah kesempatan yang tak tergantikan untuk memperbanyak tabungan amal kebaikan yang akan kita bawa dalam perjalanan menuju akhirat. 

Kemudian Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam ‘al-Wabil ash-Shoyyib’ mengungkapkan bahwa di hari kiamat, ketika semua amalan dibuka tabirnya, tidak ada amalan yang lebih utama pahalanya daripada dzikir. Dzikir, yang merupakan pengingatan dan pemuliaan kepada Allah, dzikir merupakan amalan yang mudah dilakukan namun sering terlupakan. Dzikir dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, menjadikannya amalan yang sangat praktis namun memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi Allah Azza wa jalla. Maka ketika di hari yang telah ditentukan kelak, yaitu hari kiamat banyak kaum yang menyesal karena melalaikan dzikir yang padahal amalan utama yang ringan dan berat di timbangan. Jangan sampai kita melalaikan dzikir hingga menyesalinya di hari kiamat kelak. 

Merenungi kata-kata hikmah dari kedua ulama besar di atas, kita diajak untuk selalu mengingat bahwa hidup di dunia hanyalah sementara dan apa yang kita lakukan di dunia ini akan menentukan kehidupan kita di akhirat. Maka hiduplah di dunia ini dengan orientasi utama kita akhirat, jadikan nikmat-nikmat yang Allah berikan sebagai sarana memperbanyak amal shalih dan bersyukur kepada-Nya. Dengan memanfaatkan umur sebagai bekal yang terbatas dan dzikir sebagai amalan yang paling utama, kita dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi hari perhitungan dengan bekal yang cukup. Mari kita renungi Hadist berikut. 

ععَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ شَرَائِعَ الْإسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ ، فَأَنْبِئْنِيْ مِنْهَا بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ ؟ قَالَ : لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ 

Dari ‘Abdullâh bin Busr Radhiyallahu anhu berkata, “Seorang Badui datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, ‘Wahai Rasûlullâh, sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak pada kami. Beritahukanlah kepada kami sesuatu yang kami bisa berpegang teguh kepadanya ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah lisanmu basah karena senantiasa berdzikir kepada Allâh” (HR. Ahmad)  

Semoga artikel ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk tidak menyia-nyiakan umur yang Allah berikan dan untuk selalu mengingat-Nya melalui dzikir yang dapat menjadi cahaya bagi kita di dunia dan di akhirat. 

Kitab Nahwu Wadhih  - Fikar Store 

admin
Admin