My Blog

  • 14-10-2024

Ujub, Penyakit Hati yang Membatalkan Amalan

Al-arabiyah linnasyiin - Tentunya, sebagai seorang muslim kita sering berusaha untuk berbuat kebaikan dan melakukan amal shalih dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tanpa disadari, terkadang hati kita terjebak dalam rasa ujub—perasaan bangga dan merasa diri lebih baik dari orang lain. Ujub adalah penyakit hati yang berbahaya, karena dapat membatalkan pahala dari amal-amal yang telah kita lakukan.  

Ujub adalah sikap yang membuat seseorang merasa kagum terhadap dirinya sendiri. Orang yang ujub menganggap bahwa amal kebaikannya lebih baik daripada yang lain, bahkan sampai merendahkan orang lain yang dianggapnya kurang beramal atau kurang berkontribusi dalam agama. Perasaan ini seringkali muncul tanpa disadari, dan bisa menjerumuskan seseorang ke dalam kesombongan. 

Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnul Mubaarok rahimahullah, "Aku tidak mengetahui pada orang-orang yang shalat perkara yang lebih buruk daripada ujub" (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi). Artinya, ujub adalah salah satu hal yang paling berbahaya bagi seorang hamba, bahkan bagi orang yang rajin beribadah sekalipun. 

Syaikh Ibnu Al Utsaimin menjelaskan bahwa ujub bisa membatalkan amal. Orang yang terkena ujub merasa bahwa ibadahnya sudah cukup dan sempurna. Mereka malas untuk beristiqamah, sehingga amalan mereka tidak mencapai kesempurnaan. Bahkan, amalan yang telah mereka lakukan bisa hangus karena sifat ujub ini. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengingatkan dalam sebuah hadits: 

ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ 

Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri." (HR at-Thobroni dalam Al-Awshoth no 5452 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 1802). 

Ujub merupakan salah satu dari tiga hal yang dapat menghancurkan diri kita. Dengan sifat ujub, seseorang merasa bahwa dirinya lebih hebat, lebih alim, atau lebih berjasa dibandingkan orang lain. Padahal, segala amal yang kita lakukan hanyalah karena karunia dan rahmat Allah, bukan semata-mata karena kehebatan diri kita. 

Ketika seseorang merasa bangga dan ujub atas amalannya, ia seolah-olah menganggap bahwa amal tersebut sepenuhnya hasil usahanya sendiri, tanpa melibatkan pertolongan Allah. Sikap ini menandakan kurangnya tawakkal dan penghambaan kepada Allah. Allah-lah yang memberi kita kekuatan, kemampuan, dan kesempatan untuk beramal. Jika kita lupa akan hal ini dan mulai merasa sombong, maka amalan kita bisa menjadi sia-sia. 

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya mengenai siapa yang dianggap ujub, beliau menjawab, “Orang yang merasa bahwa dirinya telah menjadi orang yang baik.” (Syarah Jami' As-Shaghir). Jika merasa diri baik saja sudah termasuk ujub, bagaimana jika hal tersebut disertai dengan meremehkan orang lain? Ini sudah masuk ke dalam kesombongan. 

Untuk melindungi diri dari ujub, ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan: 

Ingatlah bahwasanya semua kebaikan Berasal dari Allah. Ketika kita melakukan kebaikan atau ibadah, kita harus menyadari bahwa semua itu terjadi karena izin dan pertolongan Allah. Tanpa rahmat-Nya, kita tidak akan mampu melakukan apapun. 

Sesungguhnya kita butuh kepada Allah, rasa tawakal dan bergantung kepada Allah sangat penting dalam setiap amal. Kesadaran bahwa kita selalu membutuhkan pertolongan-Nya akan mencegah kita dari merasa bangga atau sombong terhadap apa yang telah kita capai. 

Menghargai orang lain, yaitu, jangan pernah meremehkan orang lain. Setiap orang memiliki perjalanan hidup dan ujian masing-masing. Hanya Allah yang mengetahui sejauh mana ketulusan dan kualitas amal seseorang. 

Kemudian, teruslah bermuhasabah, mengoreksi niat dan amal perbuatan kita. Apakah amal yang kita lakukan murni karena Allah ataukah ada unsur ingin dilihat orang lain atau ingin dipuji? Dengan introspeksi, kita dapat menjaga hati dari rasa ujub. 

Berdoalah kepada Allah agar dijauhkan dari penyakit hati seperti ujub dan kesombongan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita untuk selalu memohon perlindungan dari hal-hal yang dapat merusak iman dan amal. 

Ujub adalah musuh tersembunyi dalam hati setiap manusia yang seringkali tidak kita sadari. Penyakit hati ini mampu menghancurkan amal kebaikan yang telah kita kumpulkan. Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dan menjaga niat dalam beramal. Semoga Allah melindungi kita dari ujub dan kesombongan, serta menerima segala amal yang kita lakukan dengan ikhlas. 

Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store   

admin
Admin