My Blog

  • 22-09-2023

Ujian, Musibah dan Kesabaran

Nahwu Wadhih – Ujian dan musibah adalah hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan dunia. Setiap manusia pasti akan mengalami kesulitan, kesusahan, penyakit, kehilangan, atau bencana dalam berbagai bentuk dan tingkatan. Namun, bagaimana seorang muslim harus bersikap ketika menghadapi ujian dan musibah? Apakah ia harus mengeluh, marah, atau berputus asa? Ataukah ia harus bersabar, bersyukur, dan berdoa?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 

وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ :  مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا ؛ يُصِبْ مِنْهُ  رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

Barang siapa yang Allah inginkan kebaikan dalam dirinya, maka Allah akan mengujinya. (HR. Bukhari)

Kemudian dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim, dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, beliau mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ما من مرض أو وجع يصيب المؤمن إلا كان كفارة لذنوبه حتى الشوكة يشاكها، أو النكبة ينكبها

Tidaklah ada suatu penyakit atau rasa sakit yang mengenai seorang mukmin kecuali hal itu akan menjadi penggugur dosa baginya. Bahkan kalau dia tertusuk duri atau tertimpa bencana, maka itu menjadi penggugur dosa baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan pada sebuah hadist lain yang disampaikan Anas radiallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: 

وَعَنْ أنسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ :  لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ لِضُرٍّ أَصَابَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ فَاعِلًا ؛ فَلْيَقُلِ : اللَّهُمَّ أَحْيِنِيْ مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِيْ، وتَوَفَّنِيْ إِذَا كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيرًا لِيْ  . (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

'Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian karena suatu musibah yang menimpanya; kalau terpaksa ia harus melakukan hal itu, maka hendaklah ia mengucapkan, 'Ya Allah, hidupkanlah aku apabila kehidupan ini lebih baik bagiku, dan matikanlah aku apabila kematian itu memang lebih baik bagiku'." (Muttafaqun 'alaih)

Dari tiga hadits tersebut, kita dapat memahami bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai hamba-hamba-Nya yang sabar dalam menghadapi ujian dan musibah. Allah Subhanahu wa Ta’ala menginginkan kebaikan bagi mereka, dan menghapus dosa-dosa mereka dengan kesulitan-kesulitan yang mereka alami. Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh berputus asa atau mengharapkan kematian karena musibah, tetapi harus berserah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohon kepada-Nya agar memberikan kehidupan atau kematian yang lebih baik bagi dirinya.

Salah satu cara untuk menghapus dosa adalah dengan menghadapi kesulitan-kesulitan yang bisa menghapus dosa. Kesulitan adalah apa saja yang membuat kita merasa sakit. Yaitu sesuatu yang terjadi yang tidak kita inginkan, yang menyebabkan rasa sakit dan kesedihan. Ini disebut sebagai kesulitan. Bahkan jika ada orang yang tidak kita senangi datang ke rumah kita padahal kita tidak senang dengan kedatangannya, maka itu juga termasuk kesulitan menurut para ulama. Jadi jika kita bersabar dalam menerima tamu yang tidak kita senangi ini, maka kita akan mendapat pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala karena kesabaran. Dan hal itu juga bisa menghapus dosa-dosa dan kemaksiatan.

Salah satu contohnya adalah hal-hal yang membuat kita sakit seperti khawatir (gelisah tentang masa depan). Ketika seseorang memikirkan masa depannya, memikirkan apa yang akan dia makan siang hari, memikirkan apa yang akan dia kerjakan minggu depan, bagaimana pendidikan anak-anaknya nanti, maka ini semua bisa menghapus dosa seorang muslim yang baru saja berbuat kemaksiatan.  Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tu-hannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 155-157)

Dari ayat-ayat tersebut, kita dapat mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai macam ujian dan musibah untuk menguji keimanan dan kesabaran mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberikan kabar baik kepada orang-orang yang sabar dengan memberikan mereka pahala, rahmat, dan hidayah.

Sabar dalam menghadapi ujian dan musibah bukanlah sikap pasif atau lemah, tetapi sikap aktif dan kuat yang menunjukkan ketundukan dan kepercayaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan segala ketetapan-Nya. Sabar juga bukanlah sikap tidak peduli atau tidak berusaha, tetapi sikap optimis dan bertawakal yang menunjukkan usaha maksimal dan harapan terbaik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَة)

 Cobaan itu akan senantiasa bersama orang yang beriman baik laki laki ataupun perempuan baik berkaitan dengan dirinya, anaknya ataupun hartanya sampai dia berjumpa dengan Allah tanpa membawa dosa.” (HR. At-Turmudzi no. 2323 dengan sanad yang shahih)

Dari hadits ini, kita dapat mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala membersihkan hamba-hamba-Nya yang sabar dari dosa-dosa mereka dengan ujian dan musibah hingga mereka bertemu dengan-Nya dalam keadaan suci dan bersih. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberikan syafaat dan rahmat kepada mereka di akhirat.

Oleh karena itu, seorang muslim harus bersabar dalam menghadapi ujian dan musibah yang menimpanya. Ia harus mengucapkan “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali) ketika mendapat musibah, dan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan kekuatan, kesabaran, dan ketabahan dalam menghadapi ujian dan musibah tersebut.

Setiap manusia, khususnya kita seorang muslim pasti akan mendapatkan cobaan. Seorang muslim juga tidak boleh berputus asa atau mengharapkan kematian karena ujian dan musibah yang menimpanya. Ia harus tetap berusaha untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya dengan cara-cara yang halal dan baik. Ia juga harus tetap berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan kehidupan atau kematian yang lebih baik baginya. 

Kesabaran itu tidak ada batasan, hanya manusia itu sendiri yang membatasidalam pikirannya. Jadi cukup kita jalani hidup ini dengan bersabar, bertawakal dan bertakwa hanya kepada Allah Subhanahu wa  Ta’ala, ikhlaskan amal shalih, ibadah kita hanya kepata Allah Ta’ala semata hingga saat kita dimatikan, kita dimatikan dalam keadaan bersih dari dosa dan diangkat derajat kita di sisi-Nya.  Semoga kita termasuk orang-orang yang sabar dan ridha dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan mendapatkan pahala, rahmat, dan hidayah dari-Nya. Aamiin. kitab Nahwu Wadhih – Fikar Store

admin
Admin