My Blog

  • 29-04-2024

Ucapan Merupakan Cerminan Hati Seseorang

Al-arabiyah linnasyiin -   Dalam kehidupan manusia, ucapan tidak hanya sekedar rangkaian kata, melainkan juga cerminan dari isi hati. Lisan, atau bahasa yang kita gunakan, adalah alat yang menunjukkan apa yang tersembunyi dalam hati kita, baik kita menyadarinya atau tidak. Yahya bin Mu’adz, seorang ulama besar, menggambarkan hati sebagai periuk yang mendidih, dan lisan sebagai ciduk yang mengambil isi dari periuk tersebut. Ucapan seseorang dapat mengungkapkan berbagai emosi dan niat yang terkandung dalam hatinya, seperti manis, asam, tawar, atau asin. 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas dan marfu’ kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda: 

لا يَسْتَقِيمُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ، وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ 

Tidaklah lurus keimanan seorang hamba hingga lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya hingga lurus lisannya.” (HR. Ahmad) 

Ucapan ini mengajarkan kita bahwa keimanan yang sejati tidak hanya terletak pada perbuatan, tetapi juga pada kejujuran dan keikhlasan hati yang tercermin melalui ucapan. Lisan adalah anggota tubuh yang paling mudah digerakkan, namun ironisnya, ia juga yang paling membahayakan. Ucapan kita adalah tawanan kita, sekali terucap, kita menjadi tawanan dari kata-kata tersebut. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an: 

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ  

Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya Malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18) 

Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap kata yang kita ucapkan dicatat dan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Azza wa jalla. Pada hari Kiamat, ada orang yang datang dengan amal kebaikan sebesar gunung, namun lisannya telah melenyapkan semua amalanya. Sebaliknya, ada juga yang datang dengan dosa sebesar gunung, tetapi lisannya telah menyelamatkannya dari azab karena banyak berdzikir kepada Allah. 

Memahami pentingnya berhati-hati dalam berucap adalah esensi dari kebijaksanaan yang menjaga seorang manusia dari kesalahan dan memelihara hubungan baik dengan sesama. Ketika marah, lebih baik memilih diam untuk menenangkan diri daripada mengucapkan kata-kata yang mungkin kita sesali. Jika kita tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu topik, lebih bijak untuk mendengarkan dan belajar daripada ikut serta dalam diskusi. Kesabaran adalah kunci dalam mengendalikan lisan, dan berzikir dapat membantu menjaga ucapan kita tetap dalam kebaikan. Jika kita telah berbicara sesuatu yang tidak seharusnya, maka bersegeralah untuk meminta maaf, karena ini menunjukkan kebesaran hati dan keinginan untuk memperbaiki kesalahan bukan merendahkan derajat kita sebagai manusia. Berdoalah kepada Allah azza wa jalla agar diberikan kebijaksanaan dalam berucap dan dijauhkan dari perkataan yang sia-sia atau menyakitkan. Dengan demikian, kita dapat menjadi lebih bijaksana dalam berucap dan berinteraksi dengan sesama 

Maka sebagai seorang muslim, berhati-hatilah dalam berucap dan bersabar menahan diri dari ucapan-ucapan yang buruk. Jagalah lisan kita agar selalu lurus disertai dengan tindakan lurus karena ini mencerminkan hati yang lurus, dan menghasilkan kebaikan yang akan menjadi naungan kita di akhirat kelak. Semoga kita dapat menjadi hamba yang keimanannya lurus, hatinya bersih, dan lisannya selalu dalam kebaikan. Amin. 

Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store     

admin
Admin