My Blog

  • 28-12-2023

Tidak Ikut-Ikutan Perayaan Agama Lain: Belajar Menjaga Identitas Diri Sebagai Muslim

Fikar store - Islam adalah agama yang sempurna dan mengajarkan kita untuk bersikap tegas dalam membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Seorang muslim tidak boleh bercampur baur dengan orang-orang kafir dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama mereka, seperti perayaan, ritual, atau simbol-simbol keagamaan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kemurnian akidah dan identitas diri sebagai muslim, serta untuk menghindari fitnah dan pengaruh buruk dari agama-agama selain Islam.

Allah Ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تُطِيعُوا فَرِيقًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menuruti sebagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab (Yahudi dan Nasrani), niscaya mereka akan menjadikan kamu kembali menjadi orang-orang kafir sesudah kamu beriman." (QS. Ali Imran: 100)

Dan dari ayat lain Allah Ta’ala berfirman:

وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (QS. Al Baqarah: 120)

Dari ayat-ayat di atas, kita dapat memahami bahwa orang-orang kafir tidak akan rela melihat kita beriman kepada Allah dan mengikuti syariat-Nya. Mereka akan berusaha untuk menyesatkan kita dan mengajak kita untuk mengikuti agama mereka. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dan tidak mudah terpengaruh oleh mereka, apalagi sampai ikut-ikutan dalam perayaan agama mereka.

Perayaan agama lain adalah salah satu bentuk syi'ar agama mereka yang mencerminkan keyakinan dan ajaran mereka. Dengan menghadiri atau mengucapkan selamat atas perayaan agama lain, kita seolah-olah menyetujui dan menghormati agama mereka, padahal agama mereka adalah agama yang sesat dan batil. Hal ini tentu bertentangan dengan akidah Islam yang mengimani bahwa tidak ada agama yang benar selain Islam.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka." (HR. Abu Dawud no. 4031 dan dishahihkan Al Albani)

 

Dari hadits ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa menyerupai orang-orang kafir dalam hal-hal yang khas dari mereka adalah termasuk bentuk persamaan dengan mereka, dan hal ini dapat mengakibatkan kita tergolong dari mereka. Na'udzubillah min dzalik.

 

Sebagai seorang muslim yang mengaku beriman harus menjauhi perayaan agama lain, baik itu Natal, Tahun Baru Masehi, Imlek, Holi, atau yang lainnya. Tidak ada alasan yang bisa membenarkan kita untuk menghadiri atau mengucapkan selamat atas perayaan agama lain, baik itu karena toleransi, silaturahim, kerukunan, atau apapun karena perbuatan tersebut bukanlah toleransi tetapi sebuah bentuk krisis identitas. Kita harus berpegang teguh pada agama kita dan tidak mengorbankan akidah kita demi sesuatu yang tidak bermanfaat.

Orang-orang yang ikut-ikutan perayaan agama orang lain padahal sudah tahu larangan ikut-ikutan perayaan agama orang lain, bisa dikatakan mengalami krisis identitas. Krisis identitas adalah suatu kondisi di mana seseorang merasa bingung atau tidak yakin tentang jati diri atau peran sosialnya. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan krisis identitas, seperti:

  • Tekanan sosial. Orang-orang yang ikut-ikutan perayaan agama orang lain mungkin merasa tertekan oleh lingkungan sosialnya, seperti teman, keluarga, atau masyarakat, untuk menyesuaikan diri dengan norma atau budaya yang berlaku. Mereka mungkin merasa takut untuk menolak atau menyatakan pendapatnya, karena khawatir dianggap aneh, kaku, atau intoleran.
  • Kurangnya ilmu. Orang-orang yang ikut-ikutan perayaan agama orang lain mungkin tidak memiliki ilmu yang cukup tentang akidah dan syariat Islam, sehingga mereka tidak memahami hikmah dan dalil-dalil yang melarang ikut-ikutan perayaan agama orang lain. Mereka mungkin juga tidak mengetahui bahaya dan dampak negatif dari ikut-ikutan perayaan agama orang lain, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi umat Islam secara keseluruhan.
  • Lemahnya iman. Orang-orang yang ikut-ikutan perayaan agama orang lain mungkin memiliki iman yang lemah, sehingga mereka mudah tergoda oleh godaan dunia dan hawa nafsu. Mereka mungkin juga tidak memiliki rasa bangga dan cinta yang mendalam terhadap agama Islam, sehingga mereka tidak merasa berat untuk meninggalkan syi’ar-syi’ar Islam dan mengikuti syi’ar-syi’ar agama lain.

Sebagai seorang yang mengaku sebagai muslim yang terlanjur ikut-ikutan perayaan agama lain harus segera bertaubat dan kembali kepada Allah, serta memperbaiki akidah, ilmu, dan amalnya. Mereka harus menyadari bahwa identitas diri sebagai muslim adalah suatu anugerah dan kehormatan yang tidak ternilai, yang harus dijaga dan dilestarikan dengan sebaik-baiknya. Mereka harus berusaha

Menjaga identitas diri sebagai muslim adalah salah satu kewajiban dan kebutuhan kita sebagai umat terbaik yang diutus untuk manusia untuk kehidupan harmonis dan untuk keselamatan di akhirat kelak. Kita harus bersyukur bahwa kita dapat berdiri diatas agama kita dan menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil 'alamin, agama yang membawa kebaikan bagi seluruh makhluk. Kita tidak perlu merasa minder atau takut dengan orang-orang kafir dan munafik, karena Allah adalah pelindung dan penolong kita.

Kemudian, perkara lain yang tidak boleh kita lupakan adalah tidak ikut-ikutan perayaan agama lain bukan berarti kita boleh mengolok-olok perayaan dan sesembahan agama lain. Hal ini karena mengolok-olok agama lain adalah perbuatan yang sangat tercela dan berbahaya, yang bisa mengakibatkan kekufuran dan kemurkaan Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Janganlah kamu memaki (sesembahan) yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa (dasar) pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al An’am: 108)

Semoga Allah memberikan kita semua hidayah dan taufik untuk istiqamah di atas agama-Nya. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang shalih dan shalihah, yang mencintai apa yang dicintai-Nya dan membenci apa yang dibenci-Nya. Aamiin. Wallahu a'lam bish-shawab. Fikar store – Grosir kitab online

admin
Admin