Nahwu Wadhih - Dalam menjalani hidup, seorang mukmin tidak hanya harus menjadi pribadi beriman, tetapi juga untuk konsisten atau istiqomah di atas jalan yang haq. Istiqomah berarti tetap teguh di jalan kebenaran meskipun ada banyak tantangan dan godaan di sekitarnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, memberikan petunjuk yang jelas:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara, Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (Hadits shahih lighairihi, H.R. Malik, al-Hakim, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm, al-Baihaqi. Dishahihkan oleh Syaikh Salim Al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan bahwasanya Al-Qur’an dan Sunnah sebagai landasan utama bagi seluruh kaum muslimin agar tetap berada di atas jalan yang lurus. Keduanya adalah bimbingan yang akan menjaga kita dari kesesatan dalam segala keadaan jika kita memang benar-benar berpegang teguh pada keduanya dengan cara yang benar.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mennyampaikan bahwasanya hanya ada satu jalan yang benar yang lurus, yaitu jalan keselamatan dan kebahagiaan di antara banyak jalan yang ada. Beliau shalallahu alihi wa sallam bersabda:
اِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً ... وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِيْ النَّارِ
“Umat Yahudi berpecah menjadi 71 golongan, dan hanya satu yang masuk surga, umat Nasrani berpecah menjadi 72 golongan, dan hanya satu yang masuk surga. Umatku akan berpecah menjadi 73 golongan, dan hanya satu yang masuk surga, yaitu al-Jama’ah.”
(HR. Ibnu Majah - Kitâbul Fitan, Bâb Iftirâqul Umam no. 3992)
Hadits ini menjelaskan bahwasanya mengikuti jalan yang haq, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah sesuai pemahaman para sahabat (al-jama'ah), adalah kunci agar kita termasuk dalam golongan yang selamat. Maka jika ada orang atau kelompok mengaku ahlussunnah wal jama’ah namun cara beragamanya, cara pengamalannya, dan cara beraqidahnya tidak sejalan dan atau tidak sesuai dengan para sahabat maka tidaklah diragukan lagi bahwasanya itu kedustaan.
Kemudian, istiqomah bukanlah perkara yang mudah, dan untuk menggapainya, diperlukan usaha yang terus-menerus. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasihat ringkas dalam sebuah hadits:
عَنْ عَمْرٍو وَقِيْلَ أَبِيْ عَمْرَةَسُفْيَانَ بْنِ عَبْدِاللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهَ , قَالَ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ , قُلْ لِيْ فِيْ اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً , لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًاغَيْرَكَ. قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ , ثُمَّ اسْتَقِمْ . رواه مسلم
Dari Abu ‘Amr, dan ada yang mengatakan dari Abu ‘Amrah Sufyân bin ‘Abdillâh ats-Tsaqafi Radhiyallahu anhu, yang berkata : “Aku berkata, ‘Ya Rasulullah! Katakanlah kepadaku dalam Islam sebuah perkataan yang tidak aku tanyakan kepada orang selain engkau.’ Beliau menjawab, ‘Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah Azza wa Jalla,’ kemudian istiqâmahlah.’”
(HR. Muslim no. 38),
Iman kepada Allah adalah fondasi, tetapi istiqomah memerlukan usaha yang terus-menerus untuk menjaga agar iman tetap berada di jalan yang benar.
Sesungguhnya Allah Ta’ala memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beristiqomah:
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka tetap istiqomah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati.”
(QS. Al-Ahqaf: 13)
أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِ خَٰلِدِينَ فِيهَا جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
“Mereka itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Al-Ahqaf: 14)
Orang yang istiqomah akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Mereka tidak akan diliputi rasa takut maupun cemas, dan mereka akan mendapatkan balasan surga yang kekal sebagai imbalan dari keteguhan hati mereka dalam menjalankan perintah Allah azza wa jalla dan menjauhi larangan-Nya.
Berikut adalah beberapa cara agar kita tetap istiqomah di jalan yang benar:
Ikhlas dalam Beramal: Amalan yang dilakukan dengan ikhlas akan menjadi amal yang berkualitas dan diridhai oleh Allah.
Memperbanyak Dzikir dan Taubat: Dengan banyak berdzikir, hati menjadi tenang dan akan lebih kuat untuk menghadapi godaan. Taubat membuat kita senantiasa bersih dari dosa.
Rajin Berintrospeksi (Muhasabah): Mengoreksi diri membantu kita mengetahui kelemahan dan memperbaiki diri agar tetap berada di jalan yang haq.
Menjaga Shalat dengan Baik: Shalat adalah pondasi utama dalam Islam dan menjaga shalat tepat waktu akan membantu kita menjaga istiqomah.
Menimba Ilmu Agama secara Rutin: Belajar agama, terutama dari Al-Qur’an dan Sunnah sesuai pemahaman para sahabat, akan menguatkan pemahaman kita dan menuntun langkah kita.
Berteman dengan Orang Shalih: Teman-teman yang shalih akan membantu menjaga semangat kita dalam kebaikan dan menjauhkan dari perbuatan maksiat.
Menjauhi Hal yang Haram: Segala sesuatu yang haram hanya akan merusak keimanan dan menjauhkan kita dari keberkahan. Menjaga diri dari makanan dan minuman haram adalah bentuk kesungguhan untuk istiqomah.
Istiqomah di atas jalan yang haq bukanlah perkara yang mudah, ini adalah satu-satunya jalan keselamatan. Dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah, menjaga ikhlas dalam beramal, serta dikelilingi oleh orang-orang yang shalih, insya Allah kita akan tetap berada di jalan yang lurus. Semoga Allah memudahkan kita untuk istiqomah dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang selamat di dunia dan akhirat. Aamiin.
Kitab Nahwu Wadhih - Fikar Store