My Blog

  • 22-10-2024

Teruntuk yang “Mood Swing”

Nahwu Wadhih -  Dalam kehidupan sehari-hari, perubahan suasana hati atau mood swing adalah hal yang kerap dialami oleh banyak orang, jadi memang ini biasa terjadi. Kadang, tanpa sebab yang jelas, perasaan sebagian dari kita dapat berubah secara tiba-tiba—dari bahagia menjadi sedih, atau dari tenang menjadi marah. Fenomena ini tidak selalu berkaitan dengan gangguan kesehatan mental yang serius, seperti ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa), namun tetap membutuhkan perhatian, khususnya terkait bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut. 

Sebagai manusia biasa, sangat wajar jika kita merasa kesal, marah, atau kecewa. Namun, ketika perasaan negatif ini dilampiaskan pada orang lain, baik dengan tingkah laku yang tidak menyenangkan, raut wajah yang menunjukkan amarah, atau dengan berkata kasar, apakah kita benar-benar tidak dapat disalahkan? Mari kita lihat dalam kacamata Islam. 

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan pada kita semua bahwasanya kekuatan sejati seorang mukmin tidak terletak pada fisiknya, melainkan pada kemampuannya mengendalikan diri. Dalam sebuah hadits, beliau shalallahu alaihi wa sallam bersabda: 

"Orang yang kuat bukanlah orang yang menang dalam bergulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Dari sini, kita dapat belajar meskipun perasaan marah atau kesal dapat muncul kapan saja, kita tetap diwajibkan untuk mengendalikan diri. Kondisi Mood swing yang menyebabkan kita bersikap buruk kepada orang lain bukanlah alasan yang membenarkan perilaku tersebut. Setiap orang bertanggung jawab atas akhlaknya, bahkan ketika sedang dalam kondisi emosional. 

Maka tidak sepantasnya seorang muslim melampiaskan perasaan negatifnya kepada orang lain apalagi sampai ia meninggalkan shalat yang merupakan obat bagi setiap hati pembersih hati, sekaligus bagian istirahatnya seorang muslim. Dari sini kita mengetahui berbahayanya kondisi tersebut jika diabaikan. Jangan sampai kondisi yang kita alami hingga menggores luka pada orang lain apa lagi keluarga kita dan jangan sampai kondisi ini membuat kita jauh dari Allah yang maha membolak-balikkan hati. Sesungguhnya akal kita tidaklah diangkat oleh Allah kecuali dengan kehendak-Nya.  

Islam sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan antar sesama, dan bagian dari menjaga hubungan tersebut adalah dengan bersikap sabar dan bijaksana dalam menghadapi orang lain. Dalam kondisi marah sekalipun, kita tidak dibenarkan untuk melukai hati atau merusak hubungan dengan orang lain. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an: 

وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ. الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ 

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan." 
(QS. Ali 'Imran: 133-134) 

Ayat ini menjelaskan betapa Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang mampu menahan amarah. Hal ini tentu membutuhkan usaha dan kesadaran diri yang kuat, terutama saat mood swing sedang melanda. Namun, dengan menahan diri dari melampiaskan amarah, kita akan mendapat kedudukan yang mulia di sisi Allah azza wa jalla. 

Jika seseorang menyadari bahwa ia sering mengalami perubahan suasana hati yang drastis dan kesulitan mengendalikannya, penting untuk segera mencari solusi. Dalam Islam, salah satu jalan untuk mengatasi hal ini adalah dengan memperbanyak dzikir dan doa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk membaca doa ketika marah: 

"A'udzu billahi minasy-syaithanir-rajim" 
Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk." 
(HR. Bukhari dan Muslim) 

Selain itu, seseorang juga dapat mencari bantuan medis atau psikologis jika mood swing tersebut sering kali mengganggu aktivitas sehari-hari. Berbagai metode pengelolaan emosi dapat dipelajari untuk membantu seseorang lebih mampu mengendalikan suasana hatinya. 

Akhirnya, penting bagi kita semua untuk selalu introspeksi diri. Tidak ada yang salah dengan merasa marah atau kesal, namun cara kita mengekspresikan perasaan itulah yang menentukan akhlak kita. Ketika suasana hati berubah, coba ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berusaha untuk menahan diri dari menyakiti orang lain. Allah mencintai orang-orang yang mampu mengendalikan emosinya, dan inilah kekuatan sejati seorang mukmin. 

"Barangsiapa yang menahan marah padahal dia mampu untuk melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari kiamat, dan Allah memberinya kesempatan untuk memilih bidadari yang dia inginkan." (HR. Tirmidzi) 

Semoga kita semua dapat terus belajar untuk mengendalikan emosi, terutama saat mood swing melanda, dan menjadi hamba yang sabar dan penuh kasih sayang dalam menghadapi orang lain. Aamiin. 

Kitab Nahwu Wadhih  - Fikar Store     

admin
Admin