My Blog

  • 15-10-2024

Tepati Janjimu

Nahwu Wadhih -  Menepati janji merupakan perwujudan dari kejujuran dan amanah, maka sebagai muslim jangan sampai kita ingkat terhadap janji yang kita buat karena itu perwujudan dari ketidakjujuran dan pengkhianatan, yang merupakan tanda-tanda kemunafikan. Janji yang dibuat mencerminkan integritas seseorang, dan dalam Islam, menjaga amanah ini adalah kewajiban yang tidak bisa dianggap remeh. Artikel ini akan membahas pentingnya menepati janji berdasarkan nasihat para ulama dan hadits-hadits yang menjelaskan bahaya mengkhianati janji. 

Menepati Janji sebagai Cerminan Kejujuran 

Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ulama besar, pernah ditanya, “Bagaimana engkau mengenali orang yang suka berdusta?” Beliau menjawab, “Dari janji-janji mereka.”. Jadi, orang yang sering mengingkari janjinya adalah seseorang yang diragukan integritas dan kejujurannya. Menepati janji bukan hanya soal memenuhi kata-kata yang diucapkan, tetapi juga menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berjanji kepada orang lain, baik itu dalam urusan keluarga, pekerjaan, maupun pertemanan. Sering kali, tanpa disadari, kita mengabaikan pentingnya janji yang telah kita buat. Padahal, bagi seorang muslim, janji adalah amanah yang harus dijaga. Jika kita gagal menepati janji, maka kita tidak hanya mengecewakan orang lain, tetapi juga mencoreng nama baik kita sendiri. 

Ingkar janji = Munafik 

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam memperingatkan kita tentang bahaya sifat munafik, salah satunya adalah tidak menepati janji. Beliau bersabda: 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ. 

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia ingkar, dan jika diberi amanah ia berkhianat.” 
(HR. Al-Bukhari dan Muslim) 

Tidak menepati janji termasuk salah satu tanda kemunafikan yang sangat dibenci oleh Allah dan rasul-Nya. Munafik, dalam konteks ini, bukan hanya berarti seseorang yang berpura-pura dalam iman, tetapi juga orang yang tidak konsisten dalam ucapan dan perbuatannya. Ketika seseorang tidak menepati janji, dia menunjukkan sikap tidak bisa dipercaya, dan ini merupakan bentuk pengkhianatan, baik terhadap sesama manusia maupun terhadap Allah. 

Bahaya Mengkhianati Janji 

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam memberikan peringatan keras tentang bahaya mengkhianati janji. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib, beliau shalallahu alaihi wa sallam bersabda: 

مَنْ أَخْفَرَ مُسْلِمًا، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لَا يُقْبَلُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلَا عَدْلٌ. 

Barangsiapa yang mengkhianati seorang muslim, maka dia mendapat laknat Allah, malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima darinya taubat dan tebusan. 
(HR. Al-Bukhari no. 1870 dan Muslim no. 1370) 

Hadits ini menunjukkan betapa seriusnya dosa mengkhianati janji. Tidak hanya mendapat murka Allah, tetapi juga tidak ada tebusan bagi pelakunya. Mengkhianati janji bukan hanya berakibat pada hilangnya kepercayaan orang lain, tetapi juga membawa dampak buruk di dunia dan akhirat. Pengkhianat janji akan dihinakan di hadapan seluruh manusia pada hari kiamat. Sebagaimana hadits dari Abdullah bin Umar, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: 

إِنَّ الْغَادِرَ يَنْصِبُ اللَّهُ لَهُ لِوَاءً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُقَالُ: أَلَا هَذِهِ غَدْرَةُ فُلَانٍ. 

Sungguh, Allah akan tancapkan bendera bagi orang yang berkhianat di hari kiamat. Lalu dikatakan, ‘Ketahuilah ini adalah pengkhianatan si fulan.’” 
(HR. Al-Bukhari no. 6178, dan Muslim no. 1735) 

Ini adalah tanda bahwa perbuatan khianat tidak akan tersembunyi, dan setiap orang akan mengetahuinya pada hari kiamat. 

Sesungguhnya menepati janji merupakan bentuk ketaatan kepada Allah 

Menepati janji bukan hanya sekadar kewajiban sosial, tetapi juga merupakan bentuk ketaatan kepada Allah. Ketika seorang muslim berjanji, ia harus menyadari bahwa janji tersebut adalah amanah dari Allah yang harus dipenuhi. Allah berfirman dalam Al-Quran: 

وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا 

Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.” 
(QS. Al-Isra: 34) 

Ayat ini menegaskan bahwa setiap janji akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Sebagai seorang muslim, kita harus menyadari bahwa setiap perkataan yang kita ucapkan, termasuk janji, akan dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam membuat janji dan berusaha sekuat tenaga untuk menepatinya. 

Dengan demikian menepati janji adalah salah satu tanda keimanan dan integritas seseorang. Dalam Islam, mengingkari janji bukan hanya sekadar perilaku buruk, tetapi juga tanda kemunafikan dan bentuk pengkhianatan yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, setiap muslim harus berusaha menjaga amanah dan menepati janji, baik dalam urusan kecil maupun besar, karena setiap janji akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. 

Dengan menjaga janji, kita tidak hanya menjaga nama baik kita di dunia, tetapi juga mempersiapkan diri untuk menghadapi hari pengadilan di akhirat kelak. Maka, marilah kita berusaha untuk menjadi pribadi yang selalu menepati janji, sebagai bentuk ibadah dan ketaatan kepada Allah. 

Kitab Nahwu Wadhih  - Fikar Store 

admin
Admin