My Blog

  • 06-05-2025

Tawakal, Kunci Kesuksesan yang Terlalaikan

Nahwu Wadhih - Tawakal adalah perkara besar dalam kehidupan seorang mukmin. Namun sayangnya, banyak orang salah paham dalam memaknainya. Tidak sedikit yang mengira bahwa tawakal itu hanya berserah diri tanpa usaha, atau sebaliknya menganggap bahwa usaha adalah segalanya, sedang tawakal bisa dinomorduakan. Padahal, menurut pemahaman para ulama salaf, tawakal justru merupakan inti dari usaha itu sendiri—bahkan usaha yang paling utama dalam meraih keberhasilan. 

Sering kita dengar orang berkata, “Usaha juga harus maksimal, bukan cuma tawakal!” Ucapan ini sepintas terlihat benar, namun jika dicermati lebih dalam, mengandung kekeliruan dalam menempatkan posisi tawakal. Seolah-olah tawakal dan usaha adalah dua hal yang bisa dipisahkan, padahal tidaklah demikian. 

Allah Ta’ala berfirman dalam surat ath-Thalaaq: 

{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا • وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ • وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ} 

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya." 
(QS ath-Thalaaq: 2–3) 

Ayat ini sangat jelas menunjukkan bahwa tawakal adalah sebab tercapainya solusi, keluarnya dari kesulitan, datangnya rezeki, dan tercukupinya kebutuhan seorang hamba. Maka, bagaimana mungkin seorang mukmin meremehkan tawakal? 

Rasulullah ﷺ bersabda: 

"Barangsiapa yang ketika keluar dari rumahnya membaca: 
Bismillāhi, tawakkaltu ‘alallāhi, wa lā ḥaula wa lā quwwata illā billāh 
(Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada-Nya, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah), 
maka dikatakan kepadanya: 'Kamu telah diberi petunjuk, dicukupkan, dan dijaga.' Maka setan pun menjauh darinya, dan setan yang lain berkata: 'Bagaimana mungkin engkau bisa mencelakai orang yang telah diberi petunjuk, dicukupkan, dan dijaga (oleh Allah)?'" 
(HR. Abu Dawud no. 5095 dan at-Tirmidzi no. 3426, dishahihkan oleh al-Albani) 

Lihatlah, betapa besarnya manfaat tawakal bagi seorang hamba. Ia akan mendapatkan taufik, kecukupan dalam hidup, dan perlindungan dari segala keburukan, bahkan dari tipu daya setan sekalipun. Tawakal bukan berarti pasif, justru, tawakal yang benar itu mendorong seseorang untuk bekerja dan berusaha, bukan malah bermalas-malasan. 

Rasulullah ﷺ bersabda: 

"Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung yang pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore hari dalam keadaan kenyang." 
(HR. Ahmad no. 205, at-Tirmidzi no. 2344, Ibnu Majah no. 4164, dan dinilai shahih oleh al-Albani) 

Perhatikan, burung tetap pergi mencari rezeki, bukan berdiam di sarangnya menunggu makanan. Tapi hatinya tidak menggantungkan rezeki pada usahanya, melainkan kepada Allah semata. 

Imam Ahmad rahimahullah menjelaskan makna hadits ini: 

"Hadits ini justru menunjukkan kewajiban untuk mencari rezeki yang halal. Jika manusia bertawakal kepada Allah dalam semua aktivitas mereka, sambil meyakini bahwa segala kebaikan hanya ada di tangan-Nya, maka pasti mereka akan mendapatkan limpahan rezeki, sebagaimana burung." 
(Tuhfatul Ahwadzi, 7/7–8) 

Tawakal dan usaha adalah dua sisi dari satu mata uang. Tawakal adalah keteguhan hati dalam menyerahkan hasil kepada Allah setelah berikhtiar dengan sebab-sebab yang halal. Adapun meninggalkan sebab dan mengaku bertawakal adalah sikap menyimpang dan bertentangan dengan ajaran Nabi ﷺ. 

Tawakal bukanlah pengganti usaha, tetapi penguat dan pelengkap dari usaha. Jangan sampai kita bergantung kepada kerja keras semata, dan melupakan bahwa semua kebaikan hanya datang dari Allah Ta’ala. Tidak ada yang bisa kita peroleh tanpa izin dan taufik-Nya. 

Maka, mari kita kuatkan tawakal dalam hati, dan bersungguh-sungguh dalam usaha mencari rezeki yang halal serta kebaikan-kebaikan lainnya. Dengan begitu, semoga Allah Ta’ala memudahkan segala urusan kita, mencukupkan kebutuhan kita, dan menjaga kita dari segala keburukan. 

‌وَاللَّهُ ‌أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ 

Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store   

admin
Admin