Kitab tashrif - Sebagian besar di antara kaum Muslimin seringkali menyamakan antara taubat dan istighfar. Padahal, meskipun keduanya sama-sama berhubungan dengan dosa dan permohonan ampun, ada perbedaan mendasar antara keduanya. Untuk memahami perbedaan ini, mari kita telaah lebih dalam tentang kedua istilah ini.
Taubat seringkali dipahami sebagai penyesalan atas dosa yang telah dilakukan, diiringi dengan tekad untuk tidak mengulanginya lagi. Meskipun benar, pengertian ini hanya mencakup sebagian kecil dari hakikat taubat. Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwasanya taubat sejati adalah kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan sepenuh hati, meninggalkan apa yang dibenci oleh Allah dan menjalankan apa yang dicintai-Nya dengan sepenuhnya. Bukan sekadar meninggalkan dosa, tetapi juga harus diikuti dengan menjalankan perintah-Nya.
Allah Ta’ala berfirman
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. An-Nur: 31)
Orang yang bertaubat dengan benar, meninggalkan segala keburukan dan melaksanakan kebaikan, adalah orang yang dijanjikan keberuntungan oleh Allah, yaitu ampunan dan surga-Nya.
Taubat bukan hanya dilakukan ketika seseorang sadar akan kesalahannya, tetapi juga harus menjadi pendamping dalam setiap fase kehidupan. Imam Ibnu Qayyim rahimahullah juga menjelaskan bahwasanya taubat merupakan langkah awal, tengah, dan akhir dalam perjalanan hidup seseorang. Bahkan, kebutuhan seseorang akan taubat di akhir hidupnya sangat mendesak, sama halnya dengan di awal kehidupannya.
Kemudian, seorang muslim yang enggan bertaubat berarti tidak menyadari betapa pentingnya hubungan dengan Allah, tidak memahami cacat diri dan amal perbuatannya, dan oleh karena itu, ia termasuk orang yang zalim.
Sesunggunya Allah ta’ala berfirman,
وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
"Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hujurat: 11)
Kemudian, poin selanjutnya, berbeda dengan taubat, istighfar adalah permohonan ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Istighfar mengandung makna permohonan agar dosa-dosa tersebut dihapus, dihilangkan bekas-bekasnya, dan agar seseorang dijaga dari keburukan akibat dosa-dosa tersebut. Sebagaimana Allah berfirman:
وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
"Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang mereka dalam keadaan beristighfar." (QS. Al-Anfal: 33)
Ayat ini menjelaskan bahwasanya selama seseorang beristighfar dan memohon ampun kepada Allah dengan penuh kesungguhan, Allah tidak akan menimpakan azab kepada mereka. Jadi, istighfar menjadi benteng yang melindungi seorang hamba dari azab Allah. Dengan beristighfar, seorang Muslim memohon pengampunan atas dosa-dosanya dan sekaligus berharap dijauhkan dari siksa dunia maupun akhirat.
Dari sini kita mengetahui bahwasanya stighfar bukan hanya sekadar memohon agar dosa ditutupi, tetapi juga memohon agar Allah benar-benar menghapus dosa dan menjauhkan kita dari akibat buruknya.
Ketika istilah taubat dan istighfar disebut secara bersamaan, maka keduanya memiliki makna yang berbeda. Istighfar berarti memohon ampun atas dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lalu, sementara taubat berarti kembali kepada Allah dengan tekad untuk tidak mengulangi dosa di masa depan.
Namun, ketika salah satu istilah disebut secara terpisah, baik taubat maupun istighfar mencakup makna yang sama, yaitu kembali kepada Allah dengan penyesalan atas dosa, memohon ampunan-Nya, serta berkomitmen untuk menjalankan kebaikan.
Taubat dan istighfar adalah dua hal yang berbeda tetapi saling berkaitan erat dalam upaya kita mendekatkan diri kepada Allah. Taubat adalah proses kembali kepada Allah dengan meninggalkan dosa dan menjalankan perintah-Nya, sementara istighfar adalah permohonan agar dosa-dosa kita diampuni. Keduanya merupakan kunci bagi seorang Muslim untuk mendapatkan rahmat dan keberuntungan dari Allah.
Semoga kita senantiasa diberi taufik oleh Allah untuk selalu bertaubat dan beristighfar, sehingga kita dapat menjadi hamba-Nya yang dicintai dan diridhai. Wallahu a'lam.
Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store