My Blog

  • 24-03-2025

Tanda-Tanda Diterimanya Amal Shalih

Kitab tashrif -   Setiap muslim tentu berharap agar amal ibadahnya diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Namun, bagaimana kita mengetahui bahwa amal yang telah kita lakukan benar-benar diterima? Para ulama menjelaskan bahwa ada beberapa tanda yang menunjukkan diterimanya amal shalih. 

Salah satu tanda diterimanya amal adalah diberi kemudahan untuk melakukan amal shalih berikutnya. Sebagaimana pepatah Arab yang mengatakan: 

Di antara ganjaran amal shalih adalah amal shalih setelahnya, dan di antara ganjaran dosa adalah dosa setelahnya. 

Artinya, ketika seseorang dengan tulus melakukan kebaikan, Allah akan membukakan jalan baginya untuk terus melakukan amal shalih. Sebaliknya, jika seseorang melakukan dosa dan tidak segera bertaubat, dosa tersebut akan menarik dosa-dosa lainnya. 

Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menguatkan hal ini. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

نَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ 

"Berbuatlah jujur, karena kejujuran akan mengantarkanmu pada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkanmu kepada surga." 
(HR. Muslim, no. 2607) 

Hadits ini menunjukkan bahwa setiap amal kebaikan akan menuntun seseorang menuju kebaikan yang lain, hingga akhirnya membawa dia kepada surga Allah. 

Tanda kedua dari diterimanya amal adalah perasaan bahwa amal yang dilakukan masih jauh dari sempurna dan belum cukup untuk mengantarkan ke surga. Seorang mukmin yang benar akan selalu merasa kurang dalam beribadah, dan ini adalah sifat para hamba Allah yang shalih. 

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: 

Tanda diterimanya amal shalih adalah ketika hati merasa bahwa amal tersebut masih hina dan kecil. 

Orang yang benar-benar mengenal Allah akan selalu beristighfar setelah melakukan ibadah. Karena dia sadar, betapapun baiknya amal yang ia lakukan, pasti masih ada kekurangan di dalamnya. Inilah mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu beristighfar setelah shalat, sebagaimana disebutkan dalam hadits: 

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ كَانَ إِذَا سَلَّمَ فِي صَلَاتِهِ، اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا 

"Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika selesai dari shalatnya, beliau beristighfar tiga kali." 
(HR. Muslim, no. 591) 

Bahkan dalam ibadah haji, setelah seseorang selesai melaksanakan rangkaian manasik haji yang besar, Allah tetap memerintahkan untuk memperbanyak istighfar. 

Begitu pula dengan shalat malam, Allah memuji hamba-hamba-Nya yang tetap beristighfar setelah melaksanakannya: 

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ 

"Dan pada waktu-waktu sahur, mereka memohon ampun (kepada Allah)." 
(QS. Adz-Dzariyat: 18) 

Maka siapa pun yang memahami betapa banyak kekurangan dalam amalannya, ia akan selalu beristighfar setelah beribadah dan tidak pernah merasa puas dengan amalannya. 

Para ulama juga menjelaskan bahwa amal shalih hanya akan diterima oleh Allah jika memenuhi tiga syarat utama: 

Mentauhidkan Allah – Beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. 

Ikhlas – Melakukan ibadah hanya untuk mengharap ridha Allah, bukan karena pujian manusia. 

Sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam – Ibadah harus dilakukan sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanpa menambah atau mengurangi. 

Allah Ta’ala berfirman: 

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا 

"Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabb-nya dengan sesuatu apa pun." 
(QS. Al-Kahfi: 110) 

Hadits Nabi juga menegaskan bahwa amal yang tidak sesuai dengan tuntunan beliau akan tertolak: 

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ 

"Barang siapa melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka amalan tersebut tertolak." 
(HR. Muslim, no. 1718) 

Tanda-tanda diterimanya amal shalih mencakup kemudahan dalam melakukan amal kebaikan setelahnya dan perasaan tidak ujub serta selalu merasa kurang dalam ibadah. Selain itu, amal hanya akan diterima jika memenuhi tiga syarat utama: tauhid, ikhlas, dan sesuai sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Seorang mukmin yang benar tidak akan tertipu dengan amalannya sendiri, karena ia selalu merasa kurang dan terus memperbaiki diri. Oleh karena itu, marilah kita selalu beristighfar setelah beribadah dan terus memperbaiki niat serta cara ibadah kita agar sesuai dengan ajaran Islam yang murni. 

Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang istiqamah di atas jalan-Nya. Aamiin. 

Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store 

admin
Admin