Grosir kitab Arab online – Beliau yang bernama Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad (Bin-Muhammad hingga lima kali) As-Surkati, Al-Anshari, As-Sudani, Al-Andunisi adalah seorang ulama’ yang mendedikasikan hidupnya untuk berdakwah dan mengajak manusia untuk kembali kepada jalan yang Allah subhanahu wa ta’ala ridhai. Syekh Ahmad Surkati lahir di desa Udfu, Jazirah Arqu, Dongula (Sudan) pada tahun 1292 H atau 1875 M. Ayahnya bernama Muhammad dan diyakini sebagai keturunan Jabir bin Abdullah al-Anshari, sahabat Rasulullah SAW dari golongan Ansar. Syekh Ahmad Surkati lahir dari keluarga yang berpendidikan dalam ilmu agama Islam. Sejak kecil, Syeikh Ahmad Surkati menghafal Alquran di Dongula dan mempelajari dasar-dasar ilmu agama Islam dari ayahnya.
Gelar As-Surkati adalah gelar kakek keempatnya, ketika kakeknya kembali dari belajar di luar negeri di Mesir, dia membawa banyak buku bersamanya. Disebut As-Surkati karena kata dalam bahasa Dongula kuno (desa asalnya) berasal dari kata Sur artinya buku dan Kati artinya banyak. Ayahnya, Muhammad, juga alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, yang juga mendapat gelar Surkati. Toko kitab online – alfikar.com
Mengenai sekolah Tahfidz tempatnya belajar, diketahui bahwa ayahnya yang bernama Muhammad As-Surkati mengirim anaknya, Ahmad Surkati untuk menghafal Al-Quran di Masjid Al-Qulad, tempat tinggal Sekolah Tahfdzul Qur'an yang terbesar dan terkenal, di Donula. Namun setelah lulus, ayahnya ingin Ahmad Surkati melanjutkan studinya seperti dulu di Al-Azhar Mesir. Namun niat tersebut tidak terwujud ketika Sudan dikuasai oleh pemerintahan al-Mahdi yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mesir. Saat itu, raja Sudan bernama Abdullah ath-Thaya'isi tidak mengizinkan orang Sudan melakukan perjalanan ke Mesir.
Syaikh Ahmad Surkati kemudian melakukan perjalanan ke Hijjaz (Mekkah dan Madinah) pada tahun 1897 untuk menimba ilmu dan menunaikan ibadah haji. Setelah haji dia tinggal di Madinah Nabawiyyah selama empat setengah tahun. Saat itubeliau mendalami ilmu Al-Qur'an, Hadits, Fiqh dan bahasa Arab di hadapan para ulama Madinah seperti Syeikh Umar Hamdan yang ahli dalam keilmuan Hadits dan Syekh Ahmad bin Ali Al-Majdzubi, kemudian Syekh Ahmad Al-Barzanji, seorang ahli fikih Maliki dan spesialis bahasa Arab.
Beliau kembali dari Madinah ke Mekkah selama 11 tahun, menghabiskan waktunya di Masjidil Haram untuk berlanjut menimba ilmu agama kepada para ulama’ di Masjidil Haram seperti Syaikh As’ad bin Abdurrahman Ad-Duhan, Asy-Syaikh Muhammad bin Yusuf Al-Khayyath, Asy-Syaikh Sa’id bin Musa Al-Maghribi. Toko kitab online – alfikar.com
Setelah lama berkelana dan berkelana dalam menimba Ilmu tersebut, beliau kemudian mendapat gelar ilmiah internasional dari para ulama’ Hijjaz. Namanya tercatat sebagai orang Sudan pertama yang menjadi salah satu ulama Mekkah dan diizinkan mengajar di Masjid Agung. Tahun 1326 H bertepatan dengan tahun 1908 M, beliau mulai mengajar di Majelis Ilmu di Masjidil Haram, lemudian beliau membuka sebuah Kuttab (sekolah Tahfidz) bernama Kuttab As-Surkati.
Alasan di balik kepergiannya ke Indonesia karena aktif berhubungan dengan ulama Al-Azhar Mesir. Dengan demikian ia cukup terkenal di kalangan ulama Al-Azhar saat itu. Berdasarkan perhubungan ini, ulama Al-Azhar Jami'at Al-Khair merekomendasikan namanya. Perkumpulan masyarakat Arab pertama di Indonesia yang dipimpin oleh Alu Ba'alaw. Bahwa Syekh Ahmad menjadi guru dan mengajar di India Timur (nama Indonesia saat itu Versi lain menyebutkan Jami'at Khair di Jakarta meminta rekomendasi beberapa ulama Mekkah, yakni Syekh Muhammad bin Yusuf Al-Khayyath dan Syekh Husain bin Muhammad Al-Habsy. Akhirnya berangkat ke Jawa ditemani dua orang sahabatnya, Syekh Muhammad Abdul Hamid Assudani dan Syekh Muhammad Thayib Al-Maghribi. Beliau tiba di tanah Jawa pada tahun 1329 H pada bulan Rabi'ul Awwal.
Kemudian beliau membuka pesantren lagi bernama Al-Irsyad Al-Islamiyah pada tanggal 6 September 1914 di Batavia dengan bantuan dana dari beberapa orang Arab yang terbesar adalah Abdullah bin Alwi Alatas, 60.000 gulden Belanda. Pengakuan secara hukum terjadi pada tanggal 11 Agustus 1915 oleh pemerintah kolonial Belanda. Dan setelah tiga tahun berdiri, Ikatan Al-Irsyad mulai membuka sekolah dan cabang di kota-kota sekitar Jawa. Masing-masing cabang ditandai dengan berdirinya madrasah. Cabang pertama berada di Tegal pada tahun 1917, dimana madrasah tersebut dijalankan oleh kelompok pertama murid Ahmad Surkat, Abdullah bin Salim al-Attas. Setelah itu berkantor di Pekalongan, Cirebon, Bumiayu, Surabaya dan kota lainnya. Grosir Kitab arab online
Sumber:
bimbinganislam.com/biografi-syaikh-ahmad-surkati
ahmadsurkati.com/biografi-singkat-ahmad-surkati