Kitab tashrif - Dalam kehidupan ini, kita sering kali dihadapkan pada situasi yang tidak terduga, baik yang kita anggap baik maupun buruk. Namun, dari perspektif iman, setiap kejadian yang menimpa seorang mukmin adalah baik, sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
عَجِبْتُ لِلْمُؤْمِنِ، إِنَّ اللهَ لاَ يَقْضِي لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ
“Aku begitu takjub pada seorang mukmin. Sesungguhnya Allah tidaklah menakdirkan sesuatu untuk seorang mukmin melainkan pasti itulah yang terbaik untuknya.” (HR. Ahmad).
Sungguh ucapan yang sangat mengagumkan dan memberikan ketenangan bagi hati seorang mukmin yang mendengarnya, apalagi ucapan tersebut dari lisan nabi kita Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, dari ucapan beliau shalallahu alaihi wa sallam kita mengetahui bahwasanya di balik setiap takdir, ada kebaikan yang telah Allah jalla jalaluhu rencanakan. Ketika kita sabar terhadap takdir-Nya, kita akan mendapat pahala (ganjaran) dari Allah jalla jalaluhu, dan ketika kita bersyukurpun kita juga mendapat pahala dari Allah jalla jalaluhu. Karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Kemudian, sebuah hadist yang panjang yang diriwayatkan oleh imam Muslim, malaikat Jibril yang menjelma sebagai seorang lelaki bertanya tentang iman, islam dan ihsan. Ketika Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ditanya tentang iman beliau shalallahu alaihi wa sallam menjewab,
َتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim, no. 8)
Hadits Jibril diatas juga mengajarkan kita untuk beriman kepada takdir, baik yang kita anggap baik maupun buruk. Namun, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa pada hakikatnya, takdir itu sendiri tidak ada yang buruk. Yang kita anggap buruk hanyalah pada konsekuensi dari takdir tersebut yang kita rasakan. Ketika kita melihat takdir dari sudut pandang Allah yang maha mengetahi, kita akan menyadari bahwa setiap takdir adalah baik karena datang dari rahmat dan hikmah-Nya. Keburukan yang murni hanya muncul dari pelaku itu sendiri, sedangkan Allah selalu berbuat baik.
Maka dari itu ketika kita melihat setiap kejadian, maka lihatlah kejadian itu tidak sebagai sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari, tetapi sebagai kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan mendekatkan diri kepada Allah. Kita juga harus selalu siap menerima setiap takdir dengan hati yang lapang dan penuh syukur, karena di dalamnya terkandung kebaikan yang mungkin tidak kita lihat, kita tidak sadari saat ini.
Oleh karena itu, mari kita hadapi setiap takdir dengan sikap positif, sabar, dan penuh harap, karena kita tahu bahwa Allah azza wa jalla tidak akan menakdirkan sesuatu kecuali ada kebaikan di dalamnya bagi kita. Semoga kita selalu diberikan kekuatan untuk menghadapi setiap takdir dengan penuh keimanan dan ketenangan hati. Amin.
Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store