My Blog

  • 16-04-2025

Semua Orang Dimudahkan Menuju Apa yang Dikehendaki-Nya

Kitab tashrif -  Di antara pertanyaan yang kerap menggelitik akal dan hati manusia adalah: “Jika kita telah ditakdirkan masuk neraka, mengapa kita masih disuruh beramal?” 

Pertanyaan ini tidaklah baru. Para sahabat Rasulullah ﷺ pun pernah bertanya hal yang serupa, namun niat mereka mulia: untuk menghilangkan kebodohan dan mendapatkan pemahaman yang benar yang lurus. Sebagaimana diisyaratkan dalam shadits dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: 

يَا رَسُولَ اللَّهِ، فِيمَا يَعْمَلُ الْعَامِلُونَ؟ 
"Wahai Rasulullah, lantas untuk apa orang-orang yang beramal melakukan amalan mereka?" 
(HR. Bukhari no. 7551) 

Maka Nabi ﷺ pun menjawab dengan jawaban yang ringkas, padat, dan penuh hikmah: 

كُلٌّ مَيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ 
"Setiap orang akan dimudahkan (menuju jalan) penciptaannya." 
(HR. Bukhari dan Muslim) 

Hadits ini memberi pelajaran berharga: Allah tidak membiarkan kita berjalan dalam kegelapan tanpa petunjuk. Kita diberi akal, wahyu, dan tanda-tanda akan kebesaran-Nya. Allah telah memberitahukan kepada kita siapa penghuni surga dan siapa penghuni neraka, dan Allah menyuruh kita menempuh jalan yang mengantarkan ke surga. 

Lalu, mengapa kita kadang merasa sulit melakukan kebaikan dan mudah melakukan maksiat? 

Jawabannya telah Nabi ﷺ sampaikan: 

حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ، وَحُجِبَتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ 
"Neraka dikelilingi oleh syahwat (kesenangan), dan surga dikelilingi oleh hal-hal yang dibenci (oleh hawa nafsu)." 
(HR. Bukhari no. 6487 dan Muslim no. 2822) 

Jalan menuju surga memang berat, sebab harus melawan dorongan nafsu dan keinginan dunia. Tapi di situlah nilai jihad terbesar seorang hamba: jihad melawan dirinya sendiri. 

Allah ﷻ berfirman: 

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفْسَ عَنِ ٱلْهَوَىٰ (٤٠) فَإِنَّ ٱلْجَنَّةَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ (٤١) 
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)." 
(QS. An-Nazi’at: 40-41) 

Seseorang yang merasa dirinya sering maksiat, jangan langsung berputus asa dan menyangka dirinya ahli neraka. Justru itu menjadi kesempatan emas untuk bangkit, bertobat, dan memperbanyak amal. 

Nabi ﷺ telah memberi petunjuk, dan para sahabat menanggapinya dengan semangat. Sahabat Suraqah bin Ju’syum radhiyallahu ‘anhu berkata setelah mendengar sabda Nabi ﷺ tentang takdir: 

فَلَا أَكُونُ أَبَدًا أَشَدَّ اجْتِهَادًا فِي الْعَمَلِ مِنِّي الْآنَ 
"Tidak pernah aku merasa lebih bersemangat untuk beramal dibandingkan hari ini." 
(HR. Ibnu Hibban no. 337) 

Allah ﷻ menjadikan kecintaan terhadap dunia sebagai fitrah manusia: 
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ 
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita, anak-anak, harta dari emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." 
(QS. Ali Imran: 14) 

Namun, mengikuti hawa nafsu tanpa petunjuk justru menjerumuskan manusia: 
فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا۟ لَكَ فَٱعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيْرِ هُدًۭى مِّنَ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ 
"Jika mereka tidak menjawab (seruanmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanya mengikuti hawa nafsu mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim." 
(QS. Al-Qashash: 50) 

Allah ﷻ menggambarkan manusia sebagai makhluk yang harus bekerja keras menuju-Nya: 
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلْإِنسَـٰنُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًۭا فَمُلَـٰقِيهِ 
"Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya." 
(QS. Al-Insyiqaq: 6) 

Akhir dari perjuangan ini adalah sebuah panggilan penuh kasih dari Allah kepada jiwa-jiwa yang berhasil menjaga keikhlasan dan kesungguhan: 
يَـٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ (٢٧) ٱرْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةًۭ مَّرْضِيَّةًۭ (٢٨) فَٱدْخُلِى فِى عِبَـٰدِى (٢٩) وَٱدْخُلِى جَنَّتِى (٣٠) 
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." 
(QS. Al-Fajr: 27-30) 

Takdir bukan untuk membuat kita diam dan putus asa, tapi menjadi cambuk agar kita lebih giat beramal dan menyiapkan bekal pulang. Seperti para sahabat, mari kita terus berjuang, karena jalan menuju surga bukan ditentukan oleh rasa mudahnya amal, tapi oleh usaha sungguh-sungguh kita menjaga iman dan amal sampai akhir hayat. 

Semoga Allah ﷻ menetapkan kita termasuk ahli surga, dan memudahkan jalan kita menuju keridhaan-Nya. Aamiin. 

Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store 

admin
Admin