Kitab tashrif - Dalam kehidupan ini, setiap manusia pasti akan mengalami dua kondisi utama: kesenangan dan kesedihan. Ada kalanya kita diberikan kelapangan rezeki, kesehatan, dan kebahagiaan, tetapi ada pula saat di mana kita diuji dengan kesulitan, kesedihan, atau musibah.
Namun, tahukah kita bahwa keduanya adalah ujian dari Allah?
Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman:
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
"Dan Kami akan menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)."
(QS. Al-Anbiya’: 35)
Ayat ini menunjukkan bahwa baik kesulitan maupun kemudahan, keduanya adalah ujian. Jangan mengira bahwa ujian hanya berupa musibah atau kesedihan. Justru kenikmatan yang diberikan oleh Allah adalah ujian yang lebih berat, karena sering membuat seseorang lupa dan lalai dari mengingat Allah.
Syaikhul Mufassirin, Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah mengutip perkataan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma tentang ayat di atas:
بالرخاء والشدة وكلاهما بلاء
"Yaitu dengan kelapangan dan kesulitan, dan keduanya itu pada hakikatnya cobaan dari Allah."
(Jami’ul Bayan 18/440)
Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memahami bahwa ujian kesenangan lebih berat daripada ujian kesulitan. Hal ini ditegaskan dalam perkataan Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu:
ابْتُلِينَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالضَّرَّاءِ فَصَبَرْنَا، ثُمَّ ابْتُلِينَا بَعْدَهُ بِالسَّرَّاءِ فَلَمْ نَصْبِرْ
"Kami diuji dengan kesusahan hidup bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka kami sanggup bersabar. Kemudian kami diuji dengan kesenangan sesudahnya, maka kami tidak mampu bersabar."
(HR. At-Tirmidzi No. 2464)
Hadits ini menunjukkan bahwa ketika diuji dengan kesulitan, kita cenderung bersabar dan berharap pertolongan Allah. Namun, ketika diberikan kesenangan, harta, dan kemudahan, banyak manusia yang lupa diri, terpedaya, dan lalai dari mengingat Allah.
Maka Bagaimana Kita Menyikapi Ujian Ini?
-Jika diberi kesusahan – Bersabarlah dan tetap berprasangka baik kepada Allah. Ingatlah bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya.
-Jika diberi kesenangan – Bersyukurlah dan gunakan nikmat itu untuk ketaatan kepada Allah, bukan untuk berbuat maksiat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin! Sesungguhnya semua perkaranya adalah baik, dan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu baik baginya."
(HR. Muslim No. 2999)
Hadits ini mengajarkan bahwa seorang mukmin sejati akan tetap dalam kebaikan, baik ketika diberi kenikmatan maupun musibah. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, dan jika ia diuji dengan kesulitan, ia bersabar.
Kesenangan dan kesedihan, keduanya adalah ujian dari Allah. jangan hanya menganggap bahwa musibah adalah ujian, kenikmatan juga adalah ujian yang lebih berat. Ketika mendapatkan kesulitan, bersabarlah! Dan ketika mendapatkan kenikmatan, bersyukurlah!
Jangan sampai kesenangan dunia membuat kita lalai dari mengingat Allah.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang bersabar ketika diuji dengan kesulitan dan bersyukur ketika diuji dengan kenikmatan.
Nas-alullaha as-salaamah wal 'aafiyah…
Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store