My Blog

  • 19-09-2024

Sebuah Nasihat

Nahwu Wadhih - Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: 

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara, sebab itu damaikanlah hubungan antara kedua saudaramu itu dan takutlah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat: 10) 

Ayat ini menekankan bahwasanya orang-orang beriman adalah satu kesatuan sebagai saudara. Ikatan iman ini seharusnya melahirkan rasa saling peduli dan menginginkan kebaikan satu sama lain. Di antara tanda kasih sayang sesama mukmin adalah keinginan untuk memberikan nasihat dan memperbaiki hubungan yang rusak di antara mereka. 

Nasihat bukan sekadar ungkapan lisan, melainkan bentuk nyata dari keinginan agar orang lain mendapatkan kebaikan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: 

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ 

"Tidak beriman seorang di antara kalian sampai dia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri" (HR. Bukhari dan Muslim). 

Jika kita mencintai diri sendiri dengan menginginkan kebaikan, kita pun harus menginginkan hal yang sama untuk saudara kita. Oleh karena itu, apabila ada orang yang kita lihat jauh dari ketaatan atau terjerumus dalam kesalahan, kita harus berupaya untuk menasihati mereka dengan cara yang baik, agar mereka kembali kepada jalan yang benar. 

Banyak dari kita melihat kemungkaran terjadi di sekitar, baik di lingkungan keluarga, tempat kerja, ataupun di masyarakat. Kadang kala, ada yang melihat orang tua atau pasangan hidupnya jauh dari ketaatan, dan ia merasa perlu untuk memberikan nasihat agar mereka berubah menjadi lebih baik. Ini adalah bentuk kasih sayang dan tanggung jawab sebagai sesama mukmin. 

Allah memerintahkan kita untuk mendamaikan saudara-saudara yang bertikai. Ketika ada perselisihan, tugas kita bukan untuk memperkeruh suasana, tetapi untuk menjadi penengah dan mendamaikan mereka. Dengan demikian, kita semua bisa berharap mendapatkan rahmat dari Allah Ta’ala. 

Keinginan untuk memperbaiki kondisi masyarakat, walaupun hanya berupa niat di dalam hati, adalah bukti bahwa kita peduli pada kemaslahatan bersama. Meski kita mungkin tidak mampu langsung memperbaiki setiap kemungkaran, niat dan keinginan tersebut adalah langkah awal menuju kebaikan. 

Sebagai umat yang satu, tugas kita bukan hanya menyaksikan atau membiarkan kemungkaran terjadi, tetapi mengambil bagian dalam upaya perbaikan. Rahmat Allah hanya akan turun kepada hamba-Nya yang berusaha untuk memperbaiki diri dan orang-orang di sekitarnya. 

Semoga kita selalu memiliki rasa tanggung jawab sebagai saudara seiman untuk saling menasihati, mendamaikan, dan memperbaiki. Karena dengan begitu, rahmat Allah akan melimpahi kita semua. Aamiin. 

Kitab Nahwu Wadhih  - Fikar Store 

admin
Admin