Nahwu Wadhih - Dalam kehidupan ini, setiap manusia akan menghadapi berbagai ujian yang datang silih berganti. Ujian-ujian tersebut merupakan bagian dari sunnatullah yang Allah Ta’ala berikan kepada umat-Nya sebagai sarana untuk menaikkan derajat mereka apabila mereka bersabar. Sesungguhnya, apa yang Allah berikan kepada kaum Muslimin adalah baik bagi mereka, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Kita semua pasti pernah merasakan duka akibat cobaan yang terjadi. Tidak ada obat yang lebih baik daripada bersabar dan takut kepada Allah, serta berpikir positif atau husnudzan kepada Allah ‘azza wa jalla, Tuhan yang menciptakan bumi ini. Taruhlah rasa percaya kepada Allah dan mintalah bantuan kepada-Nya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
“Banyak orang jika dia melihat kemungkaran atau banyaknya perubahan kondisi Islam, dia akan merasa gelisah dan khawatir serta berduka sebagaimana duka ratapan orang-orang yang terkena bencana dan hal itu adalah dilarang dari (meratapi musibah). Namun dia diperintahkan untuk bersabar dan bertawakal serta tetap teguh di atas agama Islam. Hendaknya dia beriman kepada Allah bersama dengan orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang senantiasa berbuat kebaikan. Dan Sesungguhnya akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Majmu’ al-Fatawa 18/295)
Ujian terkadang sebuah pertanda atau petunjuk dari Allah bahwasanya hubungan kita dengan Allah kurang baik. Semakin hati ini yakin dengan Allah azza wa jalla, maka semakin hati ini jauh dari kegelisahan dan kegundahan, hati ini semakin nyaman dan sejuk. Perasaan sedih, sakit, gundah maupun gelisah semua itu diakibatkan dosa yang telah kita lakukan. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
َمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha:124)
Mulai sekarang kita harus memperbaiki hubungan kita dengan Allah azza wa jalla. Maka jangan sampai kita menunda-nunda.
Dan jangan pula sampai kita lupa untuk menghadap, berdoa kepadanya, dalam sujud kita, dalam senggang kita dan dalam tahajud kita, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita sebuah doa untuk mengatasi hati yang cemas,
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكِ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَداً مِنْ خَلْقِكَ، أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ القُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجَلاَءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي
“Wahai Allah! Sesungguhnya saya adalah hamba-Mu, dan anak lelaki dari hamba-Mu yang lelaki dan anak lelaki dari hamba-Mu yang perempuan, nasib saya di tangan-Mu, hukum-Mu berlaku pada saya, ketetapan-Mu adil pada saya. Saya memohon kepada-Mu dengan semua nama-Mu, yang Engkau telah menamai diri-Mu dengannya atau yang telah Engkau turunkan di dalam Kitab-Mu, atau yang telah Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu atau yang telah Engkau sembunyikan di dalam ilmu gaib milik-Mu. Jadikanlah al-Qur’an sebagai penyejuk hati saya, cahaya dada saya dan penghilang kesedihan saya dan pelenyap rasa resah saya.” (HR. Ahmad, al-Musnad, 1/391. Dishashihkan oleh Syaikh al-Albani)
Maka barangsiapa berdoa dengan lafadz doa yang diatas maka niscaya Allah yang maha penyayang akan menghilangkan hati gelisahnya dan mengisi hatinya dengan kebahagiaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menjawab ketika para Sahabat berkata, “Wahai Rasulullah! Seyogyanya kami mempelajari doa di atas.
Semoga artikel ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu bersabar dalam menghadapi ujian hidup, memperbaiki hubungan kita dengan Allah, dan memperbanyak doa sebagai benteng hati. Amin.
Kitab Nahwu Wadhih - Fikar Store