Al-arabiyah linnasyiin - Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tantangan, seringkali kita lupa untuk mengisi ulang keimanan kita, padahal iman adalah sumber kekuatan dan ketenangan jiwa. Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi mengingatkan kita melalui tulisan beliau bahwa iman bukanlah sesuatu yang statis; ia bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Sahabat Nabi shalallahu alaihi wa sallam, Muadz bin Jabal radhiallahuanhu, pernah berkata,
اجلس بنا نؤمن ساعة
“Duduklah bersama kami, mari kita meningkatkan iman”.
Ini menunjukkan pentingnya bersama-sama dalam komunitas untuk saling menguatkan iman. Seperti kita mencari charger saat baterai ponsel kita lemah, kita juga harus mencari cara untuk mengisi ulang iman kita yang mungkin telah luntur.
Mengapa Iman Perlu Diisi Ulang?
Iman kita seperti baterai yang memerlukan pengisian ulang secara berkala. Kita cepat sekali mencari solusi ketika perangkat teknologi kita kehabisan daya atau ketika mobil kita memerlukan perawatan. Namun, ketika datang ke iman, seringkali kita mengabaikannya. Padahal, iman adalah aset terpenting yang kita miliki, yang memandu kita melalui kehidupan ini menuju kehidupan akhirat.
Bagaimana Cara Mengisi Ulang Iman?
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di menyarankan dua langkah penting dalam merawat iman: pertama, menguatkan fondasi keimanan dengan ilmu dan amalan, dan kedua, menangkis segala hal yang dapat mengotori iman. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan iman antara lain belajar ilmu agama adalah, membaca Al-Quran, beramal shalih, berdzikir, berteman dengan orang shalih, dan meneladani Nabi shalallahu alaihi wa sallam, yaitu menhayati kisah-kisah perjuangan dan kehidupan beliau dalam menyampaikan agama Allah yang haq ini bersama para sahabatnya radhiallahuanhum dan bagaimana mereka menghadapi berbagai rintangan hingga jatuh bangun mereka. Sementara itu, lalai, cinta dunia, teman yang rusak, dan kemaksiatan adalah beberapa faktor yang dapat menggerogoti iman kita.
Selain itu, untuk menjauhi perkara-perkara yang menurunkan keimanan, kita harus menghindari kebodohan terhadap ilmu syar’i, karena tanpa ilmu, kita tidak akan mengetahui batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah. Kita juga harus menjauhi amal-amal maksiat dan seruan-seruan setan yang hanya akan menjerumuskan kita ke dalam kemaksiatan sehingga kita terjebak dalam perbuatan dosa lainnya, kita harus menghindari itu. Bergaul dengan teman-teman yang jelek juga dapat mempengaruhi kita secara negatif dan menurunkan keimanan kita. Oleh karena itu, sangat penting untuk memilih teman yang baik dan yang dapat membantu kita dalam meningkatkan keimanan kita.
Kesimpulan: Prioritas Iman di Atas Segalanya
Dalam dunia yang sering kali menuntut perhatian kita pada hal-hal material, kita harus ingat untuk menjaga dan merawat iman kita. Iman adalah bekal kita di dunia dan akhirat, dan tanpa iman yang kuat, kita akan kehilangan arah dan tujuan hidup yang sebenarnya. Mari kita ambil waktu untuk ‘mencarge’ iman kita, memperbaharui komitmen kita kepada Allah, dan memastikan bahwa kita terlindungi dari ‘virus dosa’ yang dapat merusak keimanan kita.
semoga Allah Azza wa jalla perkuatkan iman kita dan kita semua dijaga dari segala yang dapat menggerogoti keimanan. Aamiin.
Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store