My Blog

Al-arabiyah linnasyiin - Dunia adalah tempat persinggahan sementara, sedangkan akhirat adalah negeri yang kekal. Maka ketahuilah sesungguhnya kebahagiaan sejati bukanlah yang ditemukan dalam kenikmatan dunia yang fana, tetapi terletak pada kebahagiaan di akhirat yang diperoleh melalui kesungguhan dalam beramal shalih. Yahya bin Mu’adz rahimahullah pernah menasihati: 

“Wahai manusia, engkau mencari dunia dengan sungguh-sungguh, namun engkau mencari akhirat seperti orang yang tidak membutuhkannya. Padahal dunia akan mencukupimu meski engkau tidak mencarinya, sedangkan akhirat hanya didapatkan dengan usaha yang sungguh-sungguh. Maka pahamilah keadaanmu!” 
(Ad-Dunya Dzhillun Zail, hal. 31) 

Banyak dari kita yang berjuang habis-habisan untuk memperoleh kenikmatan dunia, dari segi harta, kedudukan, maupun pencapaian lainnya. Meski semua itu tidak dilarang, penting bagi kita untuk memahami bahwa kebahagiaan dunia tidaklah kekal. Keinginan kita pada dunia seharusnya tidak mengalihkan perhatian kita dari tujuan utama: kebahagiaan di akhirat. Allah Ta'ala mengingatkan dalam Al-Qur’an: 

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ 
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah dipersiapkannya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” 
(QS. Al-Hasyr: 18) 

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa ayat ini menuntun kita untuk menjadikan akhirat sebagai tujuan utama dan berjuang menempuh jalan yang mendekatkan kita kepada-Nya. Menjadikan akhirat sebagai prioritas tidak berarti kita harus meninggalkan dunia, tetapi dunia hanyalah sarana, sementara tujuan utama tetaplah akhirat. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ 

 
“Barangsiapa yang niatnya untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, menyatukan keinginannya yang tercerai-berai, dan dunia pun akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk hina. Dan barangsiapa yang niatnya hanya untuk menggapai dunia, maka Allah akan jadikan kemiskinan di depan kedua matanya, mencerai-beraikan keinginannya, dan dunia pun tidak akan datang kepadanya kecuali yang Allah tetapkan baginya.” 
(HR. At-Tirmidzi no. 2465, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani) 

Hadits ini mengajarkan kita bahwa siapa pun yang mengutamakan akhirat akan mendapatkan ketenangan dan kecukupan dari Allah. Namun, bagi mereka yang hanya mengejar dunia, mereka tidak akan merasa cukup dan malah akan terus merasa kurang. 

Seringkali, kebahagiaan di dunia mengalihkan hati dan pikiran kita dari tujuan utama hidup. Pekerjaan, harta, dan status sosial memang menyenangkan, namun semua itu bersifat sementara. Kebahagiaan hakiki adalah yang bertahan hingga ke akhirat, dan untuk mencapainya, kita harus mempersiapkan diri dengan amal shalih, takwa, dan ikhlas dalam niat. 

Sebagaimana dijelaskan oleh Imam As-Sa’di, seseorang yang benar-benar fokus pada akhirat akan menghilangkan hambatan yang menjauhkan dirinya dari Allah, baik itu syahwat, syubhat, atau berbagai godaan lainnya. Sebab, keinginan kepada akhirat akan membuat seorang mukmin berusaha menjaga diri dari dosa dan kesia-siaan. 

Maka jadikan kebahagiaan akhirat sebagai prioritas, dan jadikan amalan shalih sebagai bagian dari kehidupan kita. Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk tetap istiqamah dan menjaga niat kita agar selalu terfokus pada akhirat. Karena kebahagiaan akhirat adalah kebahagiaan yang sesungguhnya, maka marilah kita mengupayakan yang terbaik untuk meraihnya. 

Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store