My Blog

  • 04-03-2024

Puasa dan Berhari Raya Bersama Pemerintah: Sebuah Kewajiban yang Membawa Persatuan

Arabiyah linnasyiin -Puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha adalah ibadah yang agung dan mulia bagi umat Islam. Namun, seringkali kita mendapati perbedaan dan perselisihan di antara kaum Muslimin mengenai kapan mulai puasa dan kapan berhari raya. Ada yang mengikuti ru'yah (melihat hilal) negara Saudi Arabia, ada yang mengikuti ru'yah negara Indonesia, ada yang mengikuti ormas tertentu, dan sebagainya. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan ajaran Islam yang menghendaki persatuan dan kebersamaan dalam melaksanakan ibadah ini. Dalam hal ini bagaimana ahlussunnah wal jamaah menyikapinya dan merenunginya sebagai berikut. 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu'anhu, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: 

"الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ" 

"Hari puasa adalah hari ketika orang-orang berpuasa, Idul Fitri adalah hari ketika orang-orang berbuka, dan Idul Adha adalah hari ketika orang-orang menyembelih" (HR. Tirmidzi). 

Hadits ini menunjukkan bahwa puasa dan berhari raya itu harus bersama-sama dengan al-jama'ah (pemerintah) dan mayoritas manusia. Para ulama menjelaskan bahwa maksud hadits ini adalah perintah memulai puasa Ramadhan dan berhari raya Idul Fitri dan Idul Adha bersama pemerintah, dan bahwa pemerintah yang berhak menentukan waktu dimulainya puasa dan hari raya. Adapun rakyat, maka kewajibannya mengikuti apa yang telah diputuskan oleh mereka. Karena tugas seperti ini, merupakan tugas yang sangat berat dan berkaitan dengan urusan orang banyak. Tugas seperti ini bukan tugas masing-masing orang. 

Mengikuti pemerintah dalam hal puasa dan berhari raya adalah salah satu bentuk ketaatan kepada ulil amri (pemimpin) yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam firman-Nya: 

"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ" 

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu" (QS. An-Nisa': 59). 

Dan Nabi shalallahu alaihi wa sallam pernah menyatakan: 

اسمعوا وأطيعوا فإنما عليكم ما حملتم وعليهم ما حملوا 

Dengar dan taatlah (kepada penguasa). Karena yang jadi tanggungan kalian adalah yang wajib bagi kalian, dan yang jadi tanggungan mereka ada yang wajib bagi mereka” (HR. Muslim 1846) 

Ulil amri pada ayat diatas adalah pemimpin kita, yaitu presiden dan pemerintah. Mengikuti pemerintah dalam hal puasa dan berhari raya juga merupakan salah satu cara untuk menjaga persatuan dan ukhuwah Islamiyah di antara kaum Muslimin. Sebaliknya, jika masing-masing orang atau kelompok berpuasa dan berhari raya dengan cara yang berbeda-beda, maka akan menimbulkan perpecahan dan fitnah yang merusak keutuhan umat Islam apalagi di zaman yang penuh fitnah ini. 

Mari kita lihat contoh kasus di zaman Utsman bin Affan radhiallahunhu yang diriwayatkan oleh imam Abu daud rahimahullah: 

أن عثمان رضي الله عنه صلى بمنى أربعا، فقال عبد الله بن مسعود منكرا عليه: صليت مع النبي صلى الله عليه وسلم ركعتين، ومع أبي بكر ركعتين، ومع عمر ركعتين، ومع عثمان صدرا من إمارته ثم أتمها، ثم تفرقت بكم الطرق فلوددت أن لي من أربع ركعات ركعتين متقبلتين، ثم إن ابن مسعود صلى أربعا! فقيل له: عبت على عثمان ثم صليت أربعا؟ ! قال: الخلاف شر 

‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu’anhu shalat di Mina empat raka’at. Maka Ibnu Mas’ud pun mengingkari hal ini dan berkata: “Aku pernah shalat bersama Nabi Shallallahu’alahi Wasallam dua raka’at (diqashar), bersama Abu Bakar dua raka’at, bersama Umar dua rakaat, dan bersama ‘Utsman di awal pemerintahannya, beliau melakukannya dengan sempurna (empat raka’at, tidak diqashar). Setelah itu berbagai jalan (manhaj) telah memecah belah kamu semua. Dan aku ingin sekiranya empat raka’at itu tetap menjadi dua raka’at. Namun setelah itu Ibnu Mas’ud shalat empat raka’at. Ada yang bertanya: ‘Ibnu Mas’ud, engkau mengkritik Utsman namun tetap shalat empat raka’at?’. Ibnu Mas’ud menjawab: ‘Perselisihan itu buruk’” 

Dari atsar diatas kita pahami bahwa betapa patuhnya para sahabat terhadap pemimpinya. Walaupun ada sahabat yang mengingkari pemimpinnya, tetap mengikuti pemimpinnya untuk mencegah perpecahan. Dan yang sebagaimana kita ketahui perselisihan itu buruk dan pemicu fitnah diantara kaum muslimin. Namun jika kita dapati pemimpin kita melakukan kesalahan maka seseorang yang ahli ilmu diantara kita wajib menasihati secara diam-diam, dan jika tidak mampu maka kita doakan, inilah salah satu konsep al-jamaah. 

Jadi, bukan solusi yang tepat untuk mengikuti ormas-ormas, kelompok - kelompok atau paham-paham tertentu walaupun pemerintah memberikan kebebasan, namun sebagai seorang muslim kita akan lebih baik untuk mengikuti pemerintah dalam hal ini untuk membentuk persatuan dan kesatuan kaum muslimin. Oleh karena itu, mari kita bersikap bijak dan taat dalam hal puasa dan berhari raya. Mari kita mulai puasa dan berhari raya bersama pemerintah yang sah, yang telah menetapkan waktu puasa dan hari raya, ini metode ahlussunnah wal jamaah yang sesuai dengan komando Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam yaitu berpuasa dan berhari raya bersama pemimpin atau pemerintah. Dengan demikian, kita akan merasakan persatuan, kesatuan dan kerukunan kaum muslimin yang semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan kita semua kebahagiaan dan keberkahan bersama saudara-saudara kita seiman. Semoga bermanfaat. Amiin. 

Kitab Arabiyah linnasyiin – Fikar store   

admin
Admin