Al-arabiyah linnasyiin - Dalam perjalanan mendidik anak, seorang ayah memiliki peran yang tak tergantikan. Menjadi ayah bukan hanya tentang menyediakan nafkah, tetapi juga menjadi suri tauladan yang indah bagi anak-anaknya. Islam mengajarkan kita bahwa mendidik anak dengan keteladanan adalah kunci untuk membentuk generasi yang kuat dalam iman dan akhlak.
Kepemimpinan Melalui Teladan
Sahabat Abdullah bin Umar radhiallahuanhu menyampaikan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، وَالعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah, bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas siapa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita bahwa setiap individu adalah pemimpin dalam lingkupnya masing-masing dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang ayah, sebagai pemimpin keluarga, harus memberikan contoh yang baik dalam segala aspek kehidupan. Keteladanan ini lebih dari sekadar kata-kata; ia harus tercermin dalam tindakan, keputusan, dan cara berinteraksi dengan orang lain.
Mendidik dengan Cinta dan Kasih Sayang
Kelurga yang sakinah, mawaddah wa rahmah yang penuh dengan ketenangan, cinta, dan kasih sayang adalah tujuan yang diidamkan setiap muslim. Untuk mencapainya, seorang ayah harus mengajarkan anak-anaknya tentang keindahan Islam, tidak hanya melalui pengajaran formal, tetapi juga melalui interaksi sehari-hari yang penuh dengan cinta dan pengertian.
Membangun Fondasi Iman yang Kuat
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu (dan anakmu) dan istrimu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim [66]: 6)
Pendidikan iman yang kuat adalah dasar bagi pembentukan karakter anak. Seorang ayah harus mampu menjadi contoh dalam menjalankan ibadah, bersikap adil, dan menunjukkan integritas. Anak-anak yang melihat ayahnya sebagai model perilaku yang baik akan cenderung meniru dan membawa nilai-nilai tersebut sepanjang hidup mereka.
Peran ayah dalam mendidik anak adalah salah satu amanah terbesar yang diberikan oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Dengan menjadi suri tauladan yang indah, seorang ayah tidak hanya memenuhi tanggung jawabnya, tetapi juga meletakkan fondasi bagi generasi yang akan datang untuk tumbuh menjadi individu yang kuat dalam iman dan bermoral tinggi. Semoga setiap ayah diberikan kekuatan dan hikmah untuk menjalankan peran mulia ini. Amin.
Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store