My Blog

  • 24-02-2025

Pembatas Antara Syirik dan Tauhid

Kitab tashrif -   Tauhid adalah prinsip dasar dalam Islam yang membedakan antara keimanan dan kesyirikan. Tauhid terdiri dari tauhid rububiyah, yaitu keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta dan Penguasa alam semesta, serta tauhid uluhiyah, yaitu pengesaan Allah dalam ibadah dan tauhi Asma wal sifat, yaitu keyakinan terhadap keesaan Allah melalui nama-nama-Nya (Asma) dan sifat-sifat-Nya (Sifat). Dalam tauhid Asma wa Sifat, seorang Muslim mengakui bahwa hanya Allah yang memiliki nama-nama yang paling indah dan sifat-sifat yang sempurna, dan tidak ada satu pun dari makhluk-Nya yang memiliki nama atau sifat yang sebanding dengan-Nya. Namun, tidak cukup hanya mengakui tauhid rububiyah tanpa merealisasikan tauhid uluhiyah.  

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah: 

"Tauhid uluhiyah adalah penyelamat dari kesyirikan, bukan sekadar tauhid rububiyah saja. Sebab, para penyembah berhala mengakui bahwa Allah semata adalah Pencipta segala sesuatu, Rabb, dan Penguasa-Nya. Namun, karena mereka tidak merealisasikan tauhid uluhiyah yaitu beribadah hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya, maka pengakuan mereka terhadap tauhid rububiyah tidak bermanfaat bagi mereka." 
(Uddah Ash-Shabirin, hlm. 46) 

Seorang muslim tidak cukup hanya mengakui bahwa Allah adalah Pencipta dan Penguasa (tauhid rububiyah). Keselamatan seseorang di dunia dan akhirat bergantung pada tauhid uluhiyah, yaitu mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah. 

Allah Ta’ala berfirman: 

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًۭا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ 

"Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (dengan perintah): Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allah)." 
(QS. An-Nahl: 36) 

Kaum musyrikin pada zaman Nabi ﷺ sebenarnya telah mengakui tauhid rububiyah, bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta dan Pengatur alam semesta. Namun, mereka tetap dikatakan sebagai musyrik karena mereka tidak mengesakan Allah dalam ibadah. 

Allah Ta’ala berfirman: 

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ 

"Dan jika engkau (Muhammad) bertanya kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan mereka?’ Niscaya mereka menjawab, ‘Allah.’ Maka, bagaimana mereka bisa dipalingkan (dari menyembah Allah)?" 
(QS. Az-Zukhruf: 87) 

Ayat ini menunjukkan bahwa pengakuan terhadap tauhid rububiyah saja tidak cukup untuk menjadikan seseorang sebagai seorang muslim. 

Yang membedakan seorang mukmin dan seorang musyrik bukanlah pengakuan terhadap tauhid rububiyah, tetapi apakah ia mengesakan Allah dalam ibadah atau tidak. 

Rasulullah ﷺ bersabda: 

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ 

"Barang siapa yang meninggal dunia dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia akan masuk neraka." 
(HR. Bukhari no. 4497) 

Kesalahan kaum musyrikin bukan pada keyakinan bahwa Allah adalah Rabb, tetapi pada perbuatan mereka yang menyekutukan Allah dalam ibadah. Mereka berdoa kepada selain Allah, meminta perlindungan kepada makhluk, dan menyembah patung atau orang saleh yang sudah meninggal. Padahal, tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan tidak ada yang bisa memberi syafaat kecuali atas izin-Nya. 

Pengakuan bahwa Allah adalah Rabb tidak cukup untuk selamat di akhirat tanpa disertai ibadah yang murni hanya kepada-Nya. Tauhid uluhiyah adalah inti dari ajaran para nabi dan rasul. 

Rasulullah ﷺ bersabda: 

حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا 

"Hak Allah atas hamba-Nya adalah agar mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun." 
(HR. Bukhari no. 2856, Muslim no. 30) 

Tauhid adalah kunci utama menuju surga, dan syirik adalah sebab utama seseorang kekal dalam neraka. 

Allah Ta’ala berfirman: 

إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ 

"Sesungguhnya barang siapa menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya adalah neraka." 
(QS. Al-Ma’idah: 72) 

Maka, setiap muslim wajib menjaga tauhid dengan benar, yaitu hanya beribadah kepada Allah, tidak berdoa kepada selain-Nya, dan tidak melakukan amalan yang mengandung unsur kesyirikan. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang bertauhid dengan murni hingga akhir hayat. 

Wallahu a’lam bish-shawab. 

Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store  

admin
Admin