My Blog

  • 08-02-2024

Niat yang Lurus

Arabiyah linnasyiin - Niat adalah dasar dari setiap amalan. Niat adalah maksud dan tujuan yang ada di hati seseorang ketika melakukan sesuatu. Niat yang baik adalah niat yang murni hanya kepada Allah ta’ala, yaitu mengharapkan balasan dan ridha-Nya semata, tanpa mencampurkan dengan motif atau tujuan lain yang bersifat duniawi.

Kewajiban seorang muslim adalah beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan penuh keikhlasan. Keikhlasan adalah sikap hati yang tulus dan bersih dari segala motif selain mengharap ridha Allah subhanahu wa ta’ala. Keikhlasan adalah ruh dari setiap amal perbuatan, tanpa keikhlasan, amal perbuatan tidak akan bernilai di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Bagaimanapun, keikhlasan merupakan sikap tulus dan lurus hanya berharap balasan dan ridha Allah ta’ala semata tanpa berharap kepada yang lain dalam beramal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh apa yang dia niatkan”. (HR. Bukhari & Muslim)

Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya dengan ikhlas, sebagaimana firman-Nya: 

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)

Agama yang lurus (حُنَفَاءَ) diatas merupakan ketauhidan, yaitu sikap beragama yang jauh dari kesyirikan dan segala perkara yang mendekatkan kepada kesyirikan. Mari kita renungkan ayat berikut:

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. Al-An’am: 162)

Dari ayat di atas, kita dapat memahami bahwa tujuan utama kita hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan ikhlas. Ibadah yang ikhlas adalah ibadah yang tidak dicampuri dengan niat duniawi, seperti mencari pujian, kekayaan, kedudukan, atau hal-hal lain yang bersifat sementara dan tidak bermanfaat di akhirat.

Walaupun memang kita beribadah untuk mengejar janji Allah, namun tetap tujuan kita beribadah, beramal hanya untuk ridha Allah semata. Maka kita harus membersihkan hati kita dari penyakit hati, seperti riya, sum’ah, ujub, hasad, dan lain-lain. 

Riya adalah menampakkan amal perbuatan yang baik di hadapan manusia agar dipuji atau dihormati. Sum’ah adalah mengharapkan suara atau kabar yang baik dari manusia tentang amal perbuatan yang baik. Ujub adalah merasa bangga atau puas dengan amal perbuatan yang baik tanpa mengakui nikmat Allah subhanahu wa ta’ala. Hasad adalah dengki atau iri nikmat yang dimiliki oleh orang lain.

Dengan niat yang ikhlas, kita akan merasakan ketentraman hati dalam beribadah dan beramal. Kita tidak akan merasa khawatir terhadap segala sesuatu di dunia ini dan kita juga tidak akan merasa khawatir dan terpikirkan oleh pujian dan celaan orang, karena pujian dan celaan hanyalah sebatas dari lisan saja, kitapun tidak perlu merasa khawatir tentang rezeki kita karena kita yakin rezeki kita sudah diatur dan karena kita yakin bahwa Allah ta’ala akan memberikan balasan yang sebaik-baiknya kepada kita. Allah ta’ala berfirman:

ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ 

“Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Allah ta’ala juga berfirman: 

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)

Dengan demikian, sebagai seorang muslim, kita harus selalu memperbaiki dan mensucikan niat kita dalam beribadah dan beramal hanya untuk Allah semata. Dengan niat yang tepat akan menjadikan niat kita sebagai kunci ketentraman hati kita. Berharaplah balasan dan ridha Allah ta’ala semata, tanpa mengharapkan pujian, sanjungan, atau keuntungan duniawi dari manusia. Semoga Allah ta’ala menerima amal kita dan memberikan kita kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amin. 

Kitab Arabiyah linnasyiin – Fikar store

admin
Admin