My Blog

  • 02-09-2024

Nasihat Dakwah dengan Hikmah dan Kasih Sayang

Nahwu Wadhih -  Saudara seiman yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, kita semua diberikan amanah untuk menyeru kepada jalan-Nya, yaitu jalan yang akan mengantarkan kita pada keridhaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam surat An-Nahl ayat 125 di bawah, Allah memerintahkan kita untuk berdakwah dengan tiga cara yang penuh dengan hikmah dan kasih sayang. 

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ  

"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (An-Nahl: 125) 

Pertama, Allah berfirman, "Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah." Apa yang dimaksud dengan hikmah? Hikmah adalah seni menempatkan sesuatu pada tempatnya. Seperti meletakkan buah di kulkas agar tidak rusak, begitu juga dengan berdakwah, kita harus pandai menempatkan kata-kata dan sikap kita sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Dakwah kepada seorang pemimpin tentu berbeda dengan dakwah kepada seorang anak muda. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memberikan contoh sempurna dalam berdakwah dengan hikmah, di mana beliau memahami karakter dan kondisi orang yang didakwahi, sehingga pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik. 

Kedua, Allah mengajarkan kita untuk berdakwah dengan "mau'izhah hasanah," yaitu nasihat yang baik. Nasihat yang baik adalah nasihat yang tidak hanya mengajak kepada kebaikan, tetapi juga memberikan motivasi berupa janji surga dan memperingatkan tentang ancaman neraka bagi yang tidak taat. Nasihat yang baik tidaklah kaku, tetapi disampaikan dengan cara yang menyentuh hati, membangkitkan harapan, dan menanamkan rasa takut kepada azab Allah. 

Ketiga, Allah memerintahkan kita untuk berdialog dan berdebat dengan cara yang terbaik, "Wajaadilhum billatii hiya ahsan." Dialog dalam dakwah harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan akhlak mulia. Tidak boleh ada emosi yang meledak-ledak, karena tujuan utama dialog adalah mengajak kepada kebaikan, bukan menunjukkan keunggulan diri. Hanya mereka yang memiliki ilmu yang matang dan niat yang tulus yang bisa melakukannya dengan baik. 

Namun, ingatlah saudaraku, bahwa tugas kita hanyalah menyampaikan dakwah. Hidayah itu milik Allah. Jika seseorang tidak menerima dakwah kita, janganlah kita bersedih atau merasa gagal. Allah lebih mengetahui siapa yang tersesat dan siapa yang akan mendapatkan petunjuk. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk menerima hidayah, karena hidayah itu adalah hak prerogatif Allah. 

Oleh karena itu, dalam berdakwah, kita harus berpegang teguh pada ilmu dan tetap menggunakan hikmah, mau'izhah hasanah, dan dialog yang baik. Jangan sampai dakwah kita justru menimbulkan keburukan yang lebih besar. Seperti dalam perintah Allah untuk tidak mencaci tuhan-tuhan orang kafir, meskipun kita tahu berhala-berhala mereka tidak ada nilainya. Karena jika kita mencaci-maki, mereka bisa saja mencaci Allah sebagai balasannya, dan hal itu tentu lebih buruk. 

Marilah kita berdakwah dengan penuh kelembutan, kebijaksanaan, dan kasih sayang, semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka yang kita seru, dan menjadikan kita sebagai penyebab datangnya kebaikan di dunia ini. Aamiin. 

Kitab Nahwu Wadhih  - Fikar Store   

admin
Admin