Nahwu Wadhih - Ada nasihat berharga yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, salah satu sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia. Beliau berkata:
“Wahai sekalian manusia, ambillah kalimat-kalimat ini dariku. Seandainya kalian menaiki binatang tunggangan hingga mencelakainya, kalian belum tentu mendapati yang semisalnya:
Janganlah seorang hamba berharap kecuali kepada Rabb-nya.
Janganlah ia takut kecuali terhadap dosanya.
Jangan malu untuk belajar jika tidak tahu.
Jangan malu untuk berkata ‘Aku tidak tahu’ jika ditanya sesuatu yang tidak diketahuinya.
Ketahuilah, sabar bagi iman seperti kepala bagi tubuh. Tidak ada kebaikan dalam tubuh yang tidak berkepala.”
(Shifatush Shofwah, hlm. 121)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرْغَب
“Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(QS. Al-Insyirah: 8)
Menggantungkan harapan kepada makhluk adalah jalan menuju kekecewaan. Sebaliknya, menggantungkan segala harapan kepada Allah mendatangkan kekuatan dan ketenangan. Kita tahu bahwa hanya Allah yang menguasai segala sesuatu, sehingga kita takkan pernah kecewa dengan ketetapan-Nya.
Seorang mukmin memahami bahwa dosa adalah penghalang antara dirinya dan rahmat Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ وَقَعَ عَلَى أَنْفِهِ قَالَ بِهِ هَكَذَا فَطَارَ
“Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seperti orang yang berada di kaki gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya, lalu lalat itu terbang.”
(HR. At-Tirmidzi, no. 2497)
Dosa seharusnya membuat kita khawatir, bukan menganggapnya enteng. Dengan rasa takut ini, kita terdorong untuk bertobat dan menjauhi perbuatan maksiat.
Ilmu adalah cahaya yang membimbing langkah hidup kita. Janganlah malu untuk belajar jika tidak tahu, karena menutupi kebodohan hanya akan memperburuk keadaan. Sebagaimana Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Wahai sekalian manusia, siapa yang mengetahui sesuatu, sampaikanlah. Dan jika tidak tahu, katakanlah ‘Allahu a’lam (Allah yang lebih mengetahui)’. Sesungguhnya termasuk bagian dari ilmu adalah mengatakan ‘Aku tidak tahu’ jika tidak mengetahui.”
(HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya)
Kata “Aku tidak tahu” bukanlah tanda kelemahan, melainkan pintu menuju kebenaran dan pembelajaran.
Sabar memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Kedudukan sabar dalam iman seperti kepala bagi tubuh. Tidak ada iman bagi yang tidak memiliki kesabaran.”
(HR. Al-Baihaqi)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya akan disempurnakan pahala bagi orang-orang yang sabar itu tanpa hisab/perhitungan.”
(az-Zumar : 10)
bnul Qayyim rahimahullah menjelaskan:
“Kedudukan sabar dalam iman seperti kepala bagi tubuh. Jika kepala terputus, maka tubuh pun mati. Demikian pula, jika sabar hilang, iman pun rusak.”
(Al-Fawa’id, hlm. 95)
Nasihat ini mengajarkan kepada kita untuk:
Wallahu a’lam bish-shawab.
Toko grosir kitab online - Nahwu Wadhih - Fikar Store