Kitab tashrif - Musibah dapat menjadi ujian yang diturunkan Allah untuk mengangkat derajat seorang hamba, menambah pahalanya, dan menjadi teladan kesabaran bagi orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
“Orang yang paling keras cobaannya adalah para nabi, kemudian yang semisal, dan semisalnya.”
(HR. At-Tirmidzi, no. 2398. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 143)
Allah juga memberikan cobaan untuk menghapus dosa dan kesalahan, sebagaimana firman-Nya:
مَنْ يَعْمَلْ سُوْۤءًا يُجْزَ بِهِ
“Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu.”
(QS. An-Nisa: 123)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا أَصَابَ الْمُسْلِمَ مِنْ هَمٍّ وَلَا غَمٍّ وَلَا نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهِ مِنْ خَطَايَاهُ، حَتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكُهَا
“Tidaklah menimpa seorang Muslim berupa kegelisahan, kesukaran, kesulitan, kesedihan, dan gangguan kecuali Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya, bahkan meskipun hanya duri yang menusuknya sekalipun.”
(HR. Bukhari, no. 5641)
Musibah juga bisa menjadi hukuman atas dosa-dosa yang dilakukan seorang hamba. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَآ أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍ
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).”
(QS. Asy-Syura: 30)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan:
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah akan menyegerakan hukuman di dunia untuknya. Dan apabila Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka Allah akan menahan hukumannya di dunia dan membiarkan dosanya hingga dibalas di hari kiamat.”
(HR. At-Tirmidzi, no. 2396. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi)
Maka yang harus kita lakukan adalah,
Ketika musibah datang, kita harus tetap yakin bahwa Allah menurunkan musibah sebagai bentuk kasih sayang-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan mengujinya.”
(HR. Bukhari, no. 5645)
Jika musibah disebabkan dosa, maka segera bertaubat kepada Allah. Taubat adalah jalan terbaik untuk menghapus kesalahan dan memperbaiki hubungan dengan Allah.
Allah menjanjikan pahala besar bagi mereka yang bersabar. Firman-Nya:
إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ
“Sesungguhnya akan disempurnakan pahala bagi orang-orang yang sabar tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar: 10)
Perbanyak doa agar Allah memberikan hikmah dalam setiap musibah dan menggantinya dengan kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa:
رَبَّنَآ أٰتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
“Ya Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”
(QS. Al-Baqarah: 201)
Sesungguhny musibah adalah bagian dari takdir Allah yang memiliki hikmah. Bisa jadi itu adalah ujian untuk mengangkat derajat, atau hukuman atas dosa yang kita perbuat. Yang terpenting adalah bersabar, bertaubat, dan terus memperbaiki diri agar musibah menjadi jalan kebaikan bagi kita di dunia dan akhirat.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store