My Blog

  • 19-03-2025

Mewaspadai Ujub

Nahwu Wadhih -   Sungguh pentingnya melaksanakan amalan shalih, terlebih di bulan Ramadhan yang penuh keberkahan. Namun, semua amal itu bisa hancur seketika jika seseorang tidak menjaga hatinya. Salah satu penyakit yang paling dikhawatirkan setelah seseorang beramal adalah ujub—rasa bangga terhadap amal sendiri, merasa telah menjadi orang yang baik, dan menganggap diri lebih utama dari orang lain. 

Bahaya Ujub dalam Ibadah 

Ibnul Mubarak rahimahullah pernah berkata: 

وَلاَ أَعْلَمُ فِي الْمُصَلِّيْنَ شَيْئًا شَرٌّ مِنَ الْعُجْبِ 

"Aku tidak mengetahui pada orang-orang yang sholat perkara yang lebih buruk daripada ujub." 
(Al-Baihaqi, Syu’abul Iman No. 8260) 

Ucapan ini menunjukkan bahwa ujub adalah penyakit hati yang sangat berbahaya, bahkan bagi orang-orang yang rajin beribadah sekalipun. Rasa bangga yang berlebihan terhadap amal dapat membuat seseorang meremehkan orang lain dan menjadikan amalannya tidak bernilai di sisi Allah. 

Ujub Dapat Membatalkan Amal 

Syaikh Ibnu Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa ujub bisa menyebabkan amalan seseorang hangus dan terhapus. Beliau berkata: 

_"Kelompok yang kedua, yaitu orang-orang yang tidak memiliki kesungguhan dalam iman kepada takdir. Mereka beribadah sekadar yang mereka lakukan, tetapi tidak sungguh-sungguh dalam beristi’anah (memohon pertolongan) kepada Allah dan tidak bersabar dalam menjalankan hukum-hukum Allah yang kauni maupun syar’i. 

Sehingga dalam beramal mereka pun malas dan lemah, yang terkadang membuat mereka terhalang dari beramal dan menghalangi kesempurnaan amal mereka. Hal ini membuat mereka ujub dan sombong setelah beramal, yang terkadang bisa menjadi sebab amalan mereka hangus dan terhapus." 
(Majmu’ Fatawa wa Rasail 4/250) 

Perkataan ini selaras dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ 

"Tiga perkara yang membinasakan: 
(1) Sifat pelit yang dituruti, 
(2) Hawa nafsu yang diikuti, dan 
(3) Ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri." 
(HR. At-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Awsath No. 5452, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah No. 1802) 

Hadits ini menunjukkan bahwa ujub bukanlah perkara ringan, tetapi termasuk perkara yang membinasakan seseorang baik di dunia maupun di akhirat. 

Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan bahwa ujub lebih berbahaya daripada dosa. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

لَوْ لَمْ تَكُوْنُوا تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ الْعُجْبَ 

"Jika kalian tidak berdosa, maka aku takut kalian akan ditimpa perkara yang lebih besar darinya, yaitu ujub! ujub!" 
(HR. Al-Baihaqi, Syu’abul Iman No. 6868; dinilai jayyid oleh Al-Munawi dalam At-Taysir dan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ No. 5303) 

Dari hadits ini, kita memahami bahwa ujub adalah musibah besar yang lebih berbahaya dari dosa, karena ujub membuat seseorang merasa tidak butuh ampunan Allah. 

Salah satu tanda seseorang telah terkena penyakit ujub adalah ketika ia merasa telah menjadi orang baik. 

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ketika ditanya siapakah orang yang terkena ujub, beliau menjawab: 

إذا رأى أنَّه قد أصبحَ في خيرٍ 

"Yaitu apabila seseorang merasa bahwa dirinya telah menjadi orang yang baik." 
(Syarh Jami’ Ash-Shaghir) 

Jika hanya merasa telah menjadi baik saja sudah termasuk ujub, bagaimana jika disertai dengan merendahkan orang lain? 

Inilah yang disebut kesombongan! 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ 

"Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." 
(HR. Muslim No. 91) 

Ujub adalah penyakit yang mengintai setiap orang yang beramal. Jika seseorang tidak berhati-hati, amalan yang telah ia lakukan bisa sia-sia karena ujub. 

Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah pernah berkata: 

_"Orang yang beramal hendaknya tidak melihat amalannya sendiri, karena itu bisa membuatnya ujub. Hendaknya ia selalu merasa bahwa amalannya masih kurang dan banyak kekurangan, sehingga ia terus berharap rahmat Allah." 
(I’anatul Mustafid 1/156) 

Oleh karena itu, janganlah kita terpedaya dengan amal sendiri. Hendaknya kita senantiasa memohon kepada Allah agar menerima amal kita dan menjauhkan kita dari penyakit ujub dan kesombongan. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa berikut agar kita terhindar dari penyakit hati, termasuk ujub dan kesombongan: 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي وَمِنْ شَرِّ كُلِّ دَابَّةٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا 

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan diriku dan dari kejelekan setiap makhluk yang Engkau memegang ubun-ubunnya." 
(HR. Abu Dawud No. 1557, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud) 

Semoga Allah melindungi kita dari penyakit ujub dan kesombongan. 

Toko grosir kitab online - Nahwu Wadhih  - Fikar Store 

admin
Admin