Nahwu Wadhih - Iman bagaikan cahaya yang menerangi hati kita. Iman adalah sesuatu yang dinamis, ia bisa bertambah dan berkurang. Iman otomatis akan bertambah dengan melakukan ketaatan dan bisa berkurang karena kemaksiatan. Terdapat akar, dahan, ranting, daun, dan buah yang terstruktur dalam iman. Akar iman adalah pokoknya, jika tercabut maka akan mati. Meski raga masih berjalan di muka bumi, namun sesungguhnya ia bagaikan mayat berjalan.
Seorang muslim harus terus berusaha memelihara dan mempertahankan amal shalihnya agar terus tumbuh subur dan terjaga diatas keimanan, karena ini termasuk memelihara keimanan. Kemudian, kita dianjurkan untuk selalu berdzikir karena dzikir menenangkan hati Allah ta’ala berfirman
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram. (QS. ar-Ra'd: 28)
kemudian membaca dan mempelajari isi al-Qur'an karena al-Qur'an dapat menambah keimanan
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal, (QS. al-Anfal: 2).
Islam adalah agama yang sempurna dan indah, yang mengajarkan kita untuk selalu berdzikir kepada Allah, baik saat tidur maupun bangun tidur. Saat kita akan tidur, kita dianjurkan untuk berdoa:
« بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوْتُ وَأَحْيَا »
"Dengan Nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup." (HR. Bukhari 6324)
Para ulama berpandangan bahwasanya tidur itu merupakan 'al-maut ash-shaghir' atau kematian kecil. Namun, tidur juga dapat membawa kepada kematian besar saat seseorang tidak bisa bangun lagi. Oleh karena itu, saat seorang hamba terbangun dari tidurnya, maka ia harus bersyukur kepada penciptanya yang memperbaharui kehidupannya kembali dengan membaca:
« اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ »
"Segala sanjungan hanyalah milik Allah semata yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan hanya kepada-Nya kami kan kembali." (HR. al-Bukhari dalam Fathul Baari 11/113, Muslim 4/2083)
Seorang muslim yang diberi kesempatan untuk bangun dari tidurnya seharusnya, ia bersyukur kepada Allah azza wa jalla dengan hatinya, dengan berdzikir melalui lisannya, dan memulai harinya dengan sholat sunnah fajar kemudian shalat subuh shubuh di masjid. Sholat itu lebih baik daripada tidur. Jika seseorang sering meninggalkan sholat subuh, maka bahwasanya bukanlah hanya raga yang 'mati' (mati kecil/tidur), namun imannya juga 'mati'. Jika seseorang terbangun dan melalaikan (meninggalkan) sholat subuh, maka tubuh mungkin hidup kembali, tapi iman akan mati dan terkubur, sehingga tidak ada lagi ketenangan, kebahagiaan, dan ketentraman yang dirasakan. Sesungguhnya merugilah orang yang seperti itu.
Kitab Nahwu Wadhih - Fikar Store