My Blog

  • 08-12-2023

Menyampaikan Kebenaran Pada Manusia Tanpa Membuatnya Lari Dari Kebenaran

Fikar StoreKebenaran (dalam agama) adalah suatu perkara yang mutlak dan berasal dari Allah, yang hanya bisa ditemukan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kebenaran adalah perkara yang harus kita cari, pelajari, dan ikuti dengan segenap hati, lisan, dan perbuatan tanpa mempertanyakan kenapa dan bagaimana apalagi membantahnya dengan akal manusia yang sebagian besar digerakkan oleh perasaan. Kebenaran adalah sesuatu yang akan membawa kita kepada kebaikan, kebahagiaan, dan keselamatan di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Maka disebabkan rahmat Allah-lah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.(Ali-Imran: 159)

Dari ayat diatas, telah dijelaskan bahwa menyampaikan kebenaran dengan cara lemah lembut, memaafkan dan mengajaknya berbicara dengan cara yang baik sembari mendoakan orang yang kita nasihati atau kita sampaikan kebenaran padanya. Dan begitulah cara Islam dalam menyampaikan kebenaran.

Saat ini sebagian besar, bahkan banyak orang yang menolak kebenaran, baik karena ketidaktahuan, kesombongan, atau kefanatikan. Mereka tidak mau mendengar, memahami, atau mengamalkan kebenaran yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Mereka lebih suka mengikuti hawa nafsu, tradisi, atau mengkultuskan sebagian tokoh hingga mengikuti orang-orang sesat. Mereka tidak peduli dengan akibat buruk yang akan menimpa mereka akibat penolakan mereka terhadap kebenaran.

Menolak kebenaran adalah ciri khas orang sombong karena Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam pernah menyatakan:

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Allah itu indah menyukai sikap berhias. Sombong itu menolak kebenaran dengan takabbur dan merendahkan orang lain. (HR. Muslim 275)

Dalam hadist lain, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam juga menyatakan: 

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi. Seorang laki-laki bertanya: “Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?) Beliau menjawab: “Sesungguhnya Allah Maha indah dan menyukai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”.  [HR. Muslim, no. 2749, dari `Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu]

Walau bagaimanapun, menyampaikan kebenaran adalah perkara yang wajib bagi setiap muslim. Kita diperintahkan untuk menyampaikannya walaupun terasa pahit, bagi penyampai maupun yang disampaikan. Mari kita perhatikan Hadist berikut:

عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ أَمَرَنِى خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- بِسَبْعٍ أَمَرَنِى بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ وَأَمَرَنِى أَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِى وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِى وَأَمَرَنِى أَنْ أَصِلَ الرَّحِمَ وَإِنْ أَدْبَرَتْ وَأَمَرَنِى أَنْ لاَ أَسْأَلَ أَحَداً شَيْئاً وَأَمَرَنِى أَنْ أَقُولَ بِالْحَقِّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا وَأَمَرَنِى أَنْ لاَ أَخَافَ فِى اللَّهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ وَأَمَرَنِى أَنْ أُكْثِرَ مِنْ قَوْلِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ فَإِنَّهُنَّ مِنْ كَنْزٍ تَحْتَ الْعَرْشِ

Dari Abu Dzaar, ia berkata, “Kekasihku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan tujuh hal padaku: (1) mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintah agar melihat pada orang di bawahku (dalam hal harta) dan janganlah lihat pada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan padaku untuk menyambung tali silaturahim (hubungan kerabat) walau kerabat tersebut bersikap kasar, (4) beliau memerintahkan padaku agar tidak meminta-minta pada seorang pun, (5) beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu pahit, (6) beliau memerintahkan padaku agar tidak takut terhadap celaan saat berdakwa di jalan Allah, (7) beliau memerintahkan agar memperbanyak ucapan “laa hawla wa laa quwwata illa billah” (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), karena kalimat tersebut termasuk simpanan di bawah ‘Arsy.” (HR. Ahmad 5: 159. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih, namun sanad hadits ini hasan karena adanya Salaam Abul Mundzir)

Bukan hanya menyampaikan, kita juga dituntut untuk bersikap benar, yaitu lemah lembut, sabar, jujur, adil dalam ketaqwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Menyampaikan kebenaran bukanlah untuk memaksakan pendapat, menunjukkan kebenaran, atau menanggapi hawa nafsu. Menyampaikan kebenaran adalah perkara yang Allah dan Rasul-Nya wajibkan dalam rangka untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan, menunjukkan jalan yang lurus, dan menanggapi kebutuhan jiwa. Allah Ta’ala berfirman: 

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmahdan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl: 125)

Hikmah merupakan perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil.

Karena sesungguhnya, kebenaran adalah nikmat yang besar dari Allah, yang tidak semua orang mendapatkannya. Kebenaran adalah cahaya yang menerangi jalan kita menuju Allah. Kebenaran adalah pedoman yang mengarahkan kita kepada surga. Kebenaran adalah kekuatan yang menguatkan kita dalam menghadapi musuh-musuh Allah Ta’ala. Kebenaran adalah kehormatan yang meninggikan kita di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dan manusia. 

Maka, marilah kita jadikan kebenaran sebagai pegangan hidup kita. Marilah kita katakan kebenaran walau itu pahit. Marilah kita ikuti kebenaran walau itu asing. Marilah kita jangan menolak kebenaran walau itu menyakitkan. Karena dengan kebenaran, kita akan mendapatkan ridha Allah, yang lebih baik dari segala sesuatu. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

“Dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 50)

Semoga kita selalu berada diatas kebenaran dimana kita diridhai oleh Allah dengna berjalan diatas jalan Rasul-Nya tempuh dan para sahabat. Aamiin.  Fikar Store

admin
Admin