Nahwu Wadhih - Segala puji bagi Allah yang telah menyatukan hati-hati kaum mukminin dalam cahaya iman dan kasih sayang karena-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah ﷺ, pembawa risalah yang menuntun kita menuju cinta yang suci, cinta yang berlandaskan keimanan kepada Allah Jalla Jalāluh.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu:
وَعَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ :
❲ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ؛ لَا تَدْخُلُوا الجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا ، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوْا ، أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ ، إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟! أَفْشُوْا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ ❳
“Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan, maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.”
(HR. Muslim)
Betapa indah dan dalam pesan Rasulullah ﷺ ini. Beliau mengaitkan iman, surga, dan cinta antar sesama mukmin dalam satu rangkaian yang kokoh. Seseorang tidak akan masuk surga tanpa iman, dan iman tidak akan sempurna tanpa cinta kepada sesama karena Allah azza wa jalla.
Iman bukan sekadar ucapan di lisan atau pengetahuan di akal, namun ia hidup di hati dan tampak dalam amal. Rasulullah ﷺ menegaskan:
"Kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai."
Ini menunjukkan bahwa cinta sesama mukmin bukan perkara tambahan, tapi bagian dari kesempurnaan iman yang wajib.
Sebagaimana iman itu bertingkat, demikian pula cinta di jalan Allah. Ia bisa tumbuh, menguat, bahkan memadam jika tak dijaga dengan amalan-amalan yang menumbuhkannya.
Rasulullah ﷺ memberikan petunjuk yang begitu lembut namun dalam maknanya:
“Sebarkan salam di antara kalian.”
Menebarkan salam adalah amalan ringan, tanpa biaya, tanpa tenaga besar — cukup dengan niat ikhlas dan lisan yang lembut. Allah telah berfirman:
{ أَلَمْ نَجْعَل لَّهُۥ عَيْنَيْنِ ۞ وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ ۞ }
“Bukankah Kami telah menjadikan baginya dua mata, lidah, dan dua bibir?”
(QS. Al-Balad: 8–9)
Lisan dan bibir yang diberikan Allah adalah alat untuk menyebar kebaikan, bukan untuk mencela atau melukai. Maka jadikanlah ia sarana menanam kasih sayang.
Rasulullah ﷺ juga mengajarkan adab dalam memberi salam:
"Yang muda mengucapkan salam kepada yang tua, yang berkendara kepada yang berjalan, yang berjalan kepada yang duduk, dan yang sedikit kepada yang banyak."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sebuah tata krama yang sederhana, tapi membawa kedamaian dan menghidupkan ukhuwah di tengah masyarakat.
Menebar salam bukan hanya simbol, tetapi energi cinta yang menembus hati.
Lihatlah bagaimana seorang da’i yang tak punya kesempatan mengajar di kampung baru, hanya dengan menebarkan salam setiap hari — akhirnya dicintai masyarakat. Cinta itu tumbuh, karena salam adalah doa dan rasa hormat yang tulus.
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
أَفْشُوْا السَّلَامَ عَلَى مَنْ تَعْرِفُ وَمَنْ لَا تَعْرِفُ
“Sebarkanlah salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Itulah indahnya Islam — cinta tak harus diawali dengan kenalan, cukup dengan salam. Dari lisan yang mendoakan, tumbuhlah kehangatan di hati yang lama tak bertegur sapa.
Rasulullah ﷺ menggambarkan indahnya persaudaraan itu dengan sabdanya:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ ، كَمَثَلِ الْجَسَدِ الوَاحِدِ ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam cinta, kasih sayang, dan empati mereka seperti satu tubuh; apabila satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh turut merasakan demam dan tidak bisa tidur.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Inilah umat yang dikehendaki Allah untuk mendapat kebaikan — umat yang saling mencintai karena-Nya, saling mendoakan, dan saling menyapa dengan salam yang menyejukkan.
Menebarkan salam bukan perkara kecil. Ia adalah tanda iman, pembuka cinta, dan sebab turunnya rahmat Allah.
Maka, mulai hari ini — tebarkan salam di rumahmu, di tempat kerja, di jalan, di masjid, bahkan kepada mereka yang belum mengenalmu.
Barangkali dengan satu salam yang tulus, Allah menumbuhkan cinta di hati orang lain, dan cinta itulah yang menjadi sebab Allah meridhai dan memasukkan kita ke surga-Nya.
Toko grosir kitab online - Nahwu Wadhih - fikar store