Nahwu Wadhih - Dalam kehidupan yang penuh dengan ujian dan godaan, terkadang diamnya lisan kita adalah salah satu jalan keselamatan dan benteng terkuat kita. Abu Hatim Muhammad bin Hibban bin Ahmad at-Tamimi al-Busti, seorang ulama besar, menekankan pentingnya menjaga lisan:
“Wajib bagi orang yang berakal untuk selalu banyak diam sampai tiba saatnya ia harus berbicara. Karena betapa banyak orang-orang yang menyesal ketika bicara, namun sedikit yang menyesal ketika ia diam.” (Roudhotul ‘Uqola hal. 45)
Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa seringkali, apa yang kita ucapkan dapat membawa penyesalan dan keburukan. Oleh karena itu, lebih baik diam daripada berbicara tentang hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan merugikan.
Allah azza wa jalla berfirman dalam Al-Qur’an:
“لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ”
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS. An-Nisaa’: 114)
Ayat ini menegaskan bahwa hanya pembicaraan yang mengandung unsur kebaikan, seperti menyuruh berbuat sedekah, ma’ruf, atau perdamaian, yang bernilai di sisi Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ”
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47)
Hadis ini mengajarkan kita bahwa jika kita tidak memiliki sesuatu yang baik untuk dikatakan, maka lebih baik kita diam. Ini adalah prinsip yang harus kita pegang teguh untuk menjaga diri kita dari perkataan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Lebih lanjut, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:
“إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ”
“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.” (HR. Bukhari no. 6478)
Kita harus selalu waspada terhadap kata-kata kita, karena satu kalimat yang keluar tanpa pertimbangan dapat membawa kita ke surga atau neraka.
Dalam era di mana setiap orang memiliki platform untuk berbicara, kita harus lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata kita. Diam bukan berarti lemah, tetapi merupakan tanda kebijaksanaan dan kesadaran diri. Dengan menjaga lisan, kita tidak hanya menjaga diri kita dari penyesalan di dunia ini, tetapi juga menjaga keselamatan kita di akhirat.
Mari kita jadikan lisan kita untuk selalu diam dan menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat, dan ketika kita memilih untuk berbicara kita berbicara ketika memang diperlukan sehingga hanya ucapan yang bermanfaat yang terlontar dari lisan kita, semoga kata-kata kita selalu membawa kebaikan dan kedamaian bagi diri kita dan orang lain. Amin.
Kitab Nahwu Wadhih - Fikar Store