Nahwu Wadhih - Puasa, dalam pandangan umum, sering kali diartikan sebagai tindakan menahan diri dari makan dan minum. Namun, ajaran Islam mengajarkan bahwa puasa memiliki dimensi yang lebih dalam dan spiritual. Puasa bagi orang yang berada pada level kesadaran yang lebih tinggi adalah tentang menahan seluruh anggota tubuh dari dosa dan kemaksiatan, serta menjaga lisan dari ucapan yang tidak bermanfaat atau bahkan berdosa.
عن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ليس الصيام من الأكل والشرب، إنما الصيام من اللغو والرفث.
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: "Bukanlah puasa itu dari makan dan minum, tetapi puasa sesungguhnya adalah menahan diri dari ucapan kotor dan sia-sia". (HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan dishahihkan Al Hakim dan al Albani dalam Shahih Targhib wa Tarhib: 1082)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, melalui hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahuanhu tersebut, menegaskan bahwa puasa bukan hanya tentang menahan diri dari aspek fisik seperti makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari ucapan kotor dan sia-sia. Ini menunjukkan bahwa puasa juga melibatkan pembersihan hati dan pikiran dari hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan berdosa.
Jabir bin Abdillah, seorang sahabat Nabi, menambahkan bahwa ketika seseorang berpuasa, hendaknya ia juga memastikan bahwa pendengaran, penglihatan, dan ucapan terjaga dari kebohongan dan perbuatan terlarang. Ini menunjukkan bahwa puasa juga merupakan latihan untuk menjaga diri dari berbagai pengaruh negatif yang dapat merusak kekudusan puasa.
Al-Hafizh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menggambarkan orang yang berpuasa sejati sebagai seseorang yang menahan anggota badannya dari segala dosa, lidahnya dari dusta, dan perutnya dari makanan dan minuman. Ucapannya yang keluar adalah bermanfaat dan baik, serta amal perbuatannya seperti wewangian yang dicium baunya oleh kawan duduknya. Ini mengajarkan kita bahwa puasa sejati adalah tentang menjadi sumber kebaikan dan keamanan bagi orang lain, bukan hanya tentang menahan diri dari makanan dan minuman.
Dengan demikian, puasa dalam agama kita, Islam adalah sebuah proses transformasi diri yang menyeluruh, di mana kita diajak untuk tidak hanya menahan diri dari kebutuhan fisik, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas spiritual kita dengan menjaga diri dari segala bentuk dosa dan kemaksiatan, serta menjadi sumber kebaikan bagi orang lain. Puasa adalah waktu untuk membersihkan diri, baik secara fisik maupun spiritual, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan cara yang lebih mendalam dan bermakna.
Maka manfaatkanlah waktu di bulan Ramadhan ini untuk meningkatkan kualitas ibadah dan amalan kita. Jauhilah segala bentuk maksiat dan isi hari-hari kita dengan kegiatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah azza wa jalla. Semoga dengan demikian, kita tidak hanya mendapatkan keutamaan dari menahan lapar dan dahaga, tetapi juga keberkahan yang lebih luas dalam kehidupan kita.
Semoga Ramadhan kali ini menjadi momentum bagi kita untuk berubah menjadi lebih baik, dan semoga amalan kita diterima di sisi-Nya. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
kitab Nahwu Wadhih - Fikar Store