arabiyah linnasyiin - Allah subhanahu wa ta’ala begitu sangat menyukai hamba-Nya yang suka memberi, yaitu memberikan sebagian harta atau apa yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan. Allah subhanahu wa ta’ala juga sangat suka hamba-Nya yang suka menolong orang yang kesulitan. Dan sebagai seorang muslim pasti akan mendapat ganjaran kebaikan berlipat ganda atas kebaikan yang telah diperbuat. dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Barangsiapa yang menutupi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesusahan seorang muslim maka Allah akan mengangkat darinya dengan sebab amalan tadi kesusahannya kelak pada hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi cela saudaranya muslim maka Allah akan menutupi aibnya kelak pada hari kiamat“. [HR Bukhari no: 2442. Muslim no: 2580].
Dalam hadits lain, dari Jabir radhiyalllahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ » [أخرجه مسلم]
“Barangsiapa ada diantara kalian yang mampu untuk memberi manfaat pada orang lain hendaknya ia lakukan“. [HR Muslim no: 2119] - arabiyah linnasyiin
Dari dua hadist di atas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa memberi sesuatu yang bermanfaat kepada orang yang membutuhkan dan menolong orang yang kesusahan merupakan ibadah yang agung dan bahkan kita diperintahkan untuk segera melakukan kebaikan tersebut. Namun jika di iringi sikap perhitungan atau mengugkit-ungkit (menyebut-nyebut) pemberian atau pertolongan yang telah dilakukan, maka kebaikan yang dilakukan seketika akan lenyap sebagaimana Allah subahanahu wa ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian batalkan (pahala) sedekah kalian dengan mengungkit-ungkit pemberian dan menyakiti (yang diberi).” (Al-Baqarah, 2: 264)
Allah Ta’ala juga berfirman:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنّاً وَلا أَذىً لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah, 2: 262) - arabiyah linnasyiin
Diriwayatkan dari sahabat Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Tiga golongan manusia yang Allah tidak akan mengajak mereka bicara pada hari kiamat, tidak melihat mereka, tidak mensucikan dosanya dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih.”
Abu Dzar berkata lagi, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulanginya sampai tiga kali. Abu Dzar berkata, “Mereka gagal dan rugi, siapakah mereka wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
الْمُسْبِلُ، وَالْمَنَّانُ، وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ
“Orang yang melakukan isbal (memanjangkan sarungnya sampai melebihi mata kaki, pent.), orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian, dan orang yang (berusaha) membuat laku barang dagangan dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim no. 106)
Mengungkit-ungkit kebaikan diri sendiri dengan menceritakan kepada orang lain atau orang yang diberi dapat memicu rasa tidak senang dan memperburuk hubungan antar pihak. Hal tersebut bisa menimbulkan rasa tidak adil dan mengurangi rasa terima kasih atas pemberian tersebut. Oleh karena itu, jangan pernah sekalipun mengungkit-ungkit pemberian dalam keadaan apapun. Karena orang yang memiliki sifat suka mengungkit-ungkit pemberian (perhitungan) dapat dipastikan bukanlah orang yang ikhlas dan memiliki sifat sombong yang sangat dibenci Allah ta’ala karena ingin dilihat kebaikannya dan ingin dipandang baik oleh orang lain dengan menyebut-nyebut pemberiannya.
Dengan demikian jika kita hendak bersedekah, maka niatkan dengan ikhlas hanya kepada Allah Ta’ala dan jika hendak menolong orang lain yang kesusahan maka niatkan dengan ikhlas hanya kepada Allah Ta’ala. Dan memberikan hadiah (sesuatu yang bermanfaat) kepada orang lain dapat menghilangkan kebencian dan menjadikan saling mencintai begitu pula menolong orang lain yang membutuhkan. Wallahu a’alam bishawab. arabiyah linnasyiin
Sumber:
rumaysho.com/13168-mengungkit-ngungkit-pemberian-hadiah.html
muslim.or.id/47204-jangan-mengungkit-ungkit-pemberian.html
islampos.com/mengungkit-pemberian-merusak-kebaikan-61040/