Kitab tashrif - Iman dan amal saleh adalah dua pilar utama yang menentukan kebahagiaan seorang hamba di dunia dan akhirat. Semakin kuat iman seseorang dan semakin banyak amal salehnya, semakin besar kebahagiaan yang akan ia raih. Allah Ta’ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa melakukan amal saleh dari kalangan lelaki atau perempuan dalam keadaan beriman, maka benar-benar Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik, dan benar-benar Kami akan berikan balasan untuk mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan."
(QS. An-Nahl: 97)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa ayat ini adalah janji dari Allah bagi mereka yang menjalankan amal saleh sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah ﷺ. Amal ini harus dilakukan dengan keimanan yang benar kepada Allah dan Rasul-Nya Jika seseorang beramal dengan ikhlas dan sesuai syariat, Allah akan memberikan kehidupan yang baik di dunia dan balasan terbaik di akhirat. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4: 601)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
"... Seandainya ilmu bisa bermanfaat tanpa amalan, niscaya Allah tidak akan mencela para pendeta Ahli Kitab. Dan jika seandainya amalan bisa bermanfaat tanpa adanya keikhlasan, niscaya Allah juga tidak akan mencela orang-orang munafik."
(Al-Fawa’id, hal. 34)
Allah juga menegaskan dalam firman-Nya:
وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِیُضِیعَ إِیمَـٰنَكُمۡۚ
"Tidaklah Allah menyia-nyiakan iman kalian."
(QS. Al-Baqarah: 143)
Ibnu Abdil Barr rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan "iman" dalam ayat ini adalah salat yang dilakukan para sahabat menghadap Baitul Maqdis sebelum diperintahkan menghadap Ka’bah. Ini menunjukkan bahwa salat adalah bagian dari iman. (Aqwal At-Tabi’in fi Masa’il At-Tauhid wa Al-Iman, hal. 1142)
Sesungguhnya man bukanlah sekadar keyakinan dalam hati, tetapi juga mencakup ucapan lisan dan amal perbuatan. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
“Iman terdiri dari ucapan, amalan, dan niat. Salah satu saja tidak sah apabila tidak dibarengi oleh bagian yang lainnya.”
(Aqwal At-Tabi’in fi Masa’il At-Tauhid wa Al-Iman, hal. 1145)
Demikian juga Al-Baghawi rahimahullah menegaskan bahwa para sahabat dan tabi’in telah sepakat bahwa amal adalah bagian dari iman. (Aqwal At-Tabi’in fi Masa’il At-Tauhid wa Al-Iman, hal. 1145)
Dalam hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الْكُفْرِ وَالشِّرْكِ تَرْكُ الصَّلَاةِ
"Batas antara seorang dengan kekafiran dan kesyirikan itu adalah meninggalkan salat."
(HR. Muslim)
Dan sudah jelas, ulama telah lama menjelaskan bahwasanya iman terdiri dari ucapan, perbuatan, dan keyakinan. Rasulullah ﷺ bersabda:
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً، أَعْلاَهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
"Iman terdiri dari tujuh puluh lebih cabang. Yang tertinggi adalah ucapan la ilaha illallah, dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu pun termasuk salah satu cabang keimanan."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Iman bukan hanya teori atau sekadar keyakinan, tetapi harus dibuktikan dengan amal nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga dan meningkatkan iman kita dengan amal saleh. Jangan sampai iman hanya sebatas ucapan tanpa perbuatan, atau hanya niat tanpa realisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga Allah memberikan kita iman yang kuat, amal saleh yang diterima, dan kehidupan yang diberkahi di dunia serta akhirat.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store