Nahwu Wadhih – Salah satu sifat Allah Ta’ala yang harus kita imani adalah bahwa Allah Ta’ala turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir. Hal ini berdasarkan hadist-hadist shahih yang diriwayatkan oleh para sahabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Di antaranya adalah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, no. 1145 dan Muslim, no. 758).
Hadist ini diriwayatkan oleh banyak sahabat, seperti Abu Hurairah, Abu Bakr, Anas bin Malik, dan lain-lain sahabat yang meriwayatkan berjumlah kurang lebih dua puluh delapan orang sahabat. Hadist ini termasuk hadist mutawatir, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh banyak perawi yang jujur dan amanah sehingga tidak mungkin mereka berdusta atau salah.
Hadist ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala memiliki sifat turun, yang merupakan bagian dari sifat-sifat dzatiyah (yang melekat pada dzat-Nya) dan tidak bisa dimisalkan dengan makhluk-Nya. Allah Ta’ala turun ke langit dunia dengan cara yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, tanpa ada batasan ruang dan waktu. Allah Ta’ala turun dengan hikmah dan rahmat-Nya, untuk mengabulkan doa-doa hamba-Nya yang memohon kepada-Nya pada waktu tersebut.
Hadist ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala memiliki sifat turun yang sesuai dengan keagungan-Nya, tanpa tasybih (menyerupakan-Nya dengan makhluk) dan ta’thil (menafikan-Nya dari sifat-sifat yang layak bagi-Nya). Allah Ta’ala turun dengan hikmah dan rahmat-Nya, untuk mengabulkan doa-doa hamba-Nya yang memohon kepada-Nya pada waktu tersebut. Waktu sepertiga malam terakhir adalah waktu yang paling mulia dan istimewa di sisi Allah Ta’ala, karena pada waktu itu Allah Ta’ala lebih dekat dengan hamba-Nya dan lebih cepat mengabulkan permintaan mereka.
Mengimani hadist ini adalah wajib bagi setiap muslim, karena hadist ini merupakan bagian dari wahyu yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada umatnya. Mengimani hadist ini juga termasuk madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu madzhab yang mengikuti pemahaman salafus shalih (generasi terbaik umat Islam) dalam memahami sifat-sifat Allah Ta’ala. Madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak menolak, menafsirkan, menyerupakan, atau menanyakan bagaimana sifat-sifat Allah Ta’ala, tetapi hanya mentauhidkan dan mentasbihkan-Nya.
Madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah berbeda dengan madzhab-madzhab lain yang menyimpang dari aqidah yang benar, seperti madzhab Jahmiyyah, Mu’tazilah, Asy’ariyyah, Maturidiyyah, dan lain-lain. Madzhab-madzhab ini menolak hadist ini dengan berbagai alasan, seperti menganggapnya bertentangan dengan akal, mengandung tasybih, atau tidak sesuai dengan kaidah bahasa. Mereka juga menafsirkan hadist ini dengan makna-makna yang tidak sesuai dengan lafazhnya, seperti mengatakan bahwa turunnya Allah Ta’ala berarti turunnya rahmat-Nya, perintah-Nya, malaikat-Nya, atau kekuasaan-Nya. Mereka juga menyerupakan sifat-sifat Allah Ta’ala dengan sifat-sifat makhluk-Nya, seperti mengatakan bahwa Allah Ta’ala turun dengan jasad, arah, tempat, atau gerak. Mereka juga menanyakan bagaimana sifat-sifat Allah Ta’ala, seperti mengatakan bagaimana Allah Ta’ala turun, kapan Dia turun, di mana Dia turun, atau apa yang Dia lakukan ketika turun. Semua sikap ini adalah sikap yang salah dan menyelisihi ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para salafus shalih.
Oleh karena itu, kita sebagai muslim harus mengimani hadist ini dengan iman yang benar dan ikhlas, tanpa meragukan atau mencari-cari hujjah. Dan kemudian kita harus bersikap seperti para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang mengimani hadist ini sebagaimana adanya tanpa meragukan atau mencari-cari hujjah. Kita juga harus mengambil pelajaran dari hadist ini, yaitu untuk memanfaatkan waktu sepertiga malam terakhir dengan beribadah kepada Allah Ta’ala, berdoa, bermunajat, memohon ampun, dan bersyukur kepada-Nya. Kita juga harus berharap bahwa Allah Ta’ala akan mengabulkan doa-doa kita dan memberikan kita kebaikan di dunia dan akhirat. Wallahu a’lam bish-shawab. kitab Nahwu Wadhih – Fikar Store
Sumber:
https://almanhaj.or.id/786-madzhab-ahlus-sunnah-tentang-turunnya-allah-ke-langit-dunia.html. https://www.radiorodja.com/50959-allah-turun-ke-langit-bumi/. https://konsultasisyariah.com/10445-allah-turun-ke-langit-dunia.html.