Arabiyah linnasyiin - Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali lebih dekat dengan keluarga daripada orang lain. Hubungan ini membawa tanggung jawab yang lebih besar untuk memenuhi hak-hak mereka. Sayangnya, terkadang kita gagal dalam hal ini, bahkan tanpa sadar bisa jadi kita telah menzalimi mereka. Akibat dari perbuatan zalim ini sangatlah serius, baik di dunia maupun di akhirat.
Zalim, dalam pengertian bahasa, berarti menempatkan sesuatu tidak pada posisinya yang seharusnya, yang secara istilah berkembang menjadi tindakan yang menyimpang dari kebenaran, baik dengan melakukan lebih dari yang seharusnya atau kurang dari yang dibutuhkan. Ini mencakup penggunaan hak milik orang lain tanpa izin atau melewati batas yang telah ditetapkan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan bahwa zalim terkait dengan kekurangan, baik dalam bentuk melanggar larangan atau mengabaikan kewajiban.
Dalam konteks hubungan antarmanusia, zalim terjadi ketika seseorang melakukan tindakan yang tidak seharusnya terhadap orang lain atau gagal melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk mereka. Keadilan, yang merupakan lawan dari zalim, adalah tentang menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang benar dan berada dalam batas-batas kebenaran. Mari kita renungi firman Allah Ta’ala:
أَلاَ لَعْنَةُ اللّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ
“Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim” (QS. Hud: 18).
Dan dalam ayat lain:
نَقُولُ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّتِي كُنتُم بِهَا تُكَذِّبُونَ
“Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim: “Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu” (QS. Saba: 40).
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
قال الله تبارك وتعالى: يا عبادي، إني حرمت الظلم على نفسي، وجعلته بينكم محرمًا؛ فلا تظالموا
“Allah Tabaaraka wa ta’ala berfirman: ‘wahai hambaku, sesungguhnya aku haramkan kezaliman atas Diriku, dan aku haramkan juga kezaliman bagi kalian, maka janganlah saling berbuat zalim’” (HR. Muslim no. 2577).
Beliau shalallahu alaihi wa sallam juga bersabda:
المسلم أخو المسلم، لا يظلمه، ولا يسلمه
“Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menelantarkannya” (HR. Muslim no. 2564).
Dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha, kita mendapatkan pelajaran berharga tentang konsekuensi dari perbuatan zalim. Ia meriwayatkan bahwa seorang pria pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang tanggung jawab atas perlakuan buruknya terhadap budak-budaknya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa di akhirat, segala perbuatan akan ditimbang dengan adil. Jika hukuman yang diberikan sepadan dengan kesalahan, maka tidak ada masalah. Namun, jika hukuman lebih berat, maka pahala akan dicabut dan diberikan kepada mereka yang dizalimi. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mengingatkan pria itu dengan ayat:
وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔاۗ وَاِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ اَتَيْنَا بِهَاۗ وَكَفٰى بِنَا حٰسِبِيْنَ
“Pada hari kiamat kelak, Kami akan melakukan penimbangan amal manusia secara adil. Tidak akan ada yang dizalimi sedikitpun, walau hanya sebesar biji sawi. Semua (kebaikan atau keburukan) akan didatangkan dan diberi balasan. Cukuplah Kami yang menghitung amal manusia”. (QS. Al-Anbiya’: 47).
Pria tersebut kemudian menangis dan memutuskan untuk membebaskan budak-budaknya, sebagai tanda penyesalan dan solusi terbaik bagi dirinya dan mereka. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya memperhatikan perilaku kita terhadap orang lain, terutama mereka yang memiliki hubungan dekat dengan kita. Untuk menghindari kezaliman, ada beberapa langkah yang bisa kita ambil:
- Terus Belajar: Kita harus mempelajari lebih dalam tentang hak dan kewajiban dalam agama kita terhadap orang-orang terdekat dengan mempelajari ilmu agama dengan benar dan sungguh-sungguh. Ini akan membantu kita memahami apa saja yang sudah kita lakukan dengan baik, apa yang perlu ditingkatkan, dan apa yang belum kita lakukan.
- Selalu Introspeksi: Kita harus secara rutin melakukan introspeksi diri. Manusia cenderung lupa dan lalai, sehingga penting untuk terus-menerus mengevaluasi diri sendiri. Membuat kesalahan adalah hal yang wajar, tetapi yang tidak wajar adalah enggan meminta maaf ketika kita salah.
Semoga kita semua mendapat pencerahan dan membantu kita untuk selalu waspada terhadap potensi kezaliman yang mungkin kita lakukan tanpa disadari. Mari kita berusaha untuk selalu berlaku adil dan bijaksana dalam setiap tindakan kita. Aamiin.
Kitab Arabiyah linnasyiin – Fikar store