Al-arabiyah linnasyiin - Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu, salah satu sosok sahabat Nabi yang dikenal dengan keteguhannya dalam berpegang pada Al-Qur'an, pernah menangis ketika melihat seorang rahib. Momen tersebut terjadi ketika ia merenungkan firman Allah dalam surah Al-Ghasyiyah:
عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ .تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً .
"Bekerja keras lagi kepayahan. Memasuki api yang sangat panas (neraka)" (Qs. Al-Ghasyiyah: 3-4).
Ayat ini menggambarkan kondisi orang-orang yang bekerja keras dalam kehidupan dunia, namun amalannya tidak diiringi dengan iman. Meski usaha mereka besar, lelah dan kepayahan yang mereka alami tidak akan membuahkan hasil di akhirat. Justru, mereka akan menerima azab yang berat. Umar menangis karena ayat ini mengingatkannya akan pentingnya keikhlasan dalam setiap amal, bahwa hanya amalan yang didasari iman dan ikhlas karena Allah-lah yang akan diterima.
Banyak orang yang bekerja keras, melakukan berbagai kebaikan, membantu sesama, berbuat baik di dunia, namun tanpa keimanan, semua itu menjadi sia-sia di akhirat. Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
"Dan kami perlihatkan segala amal kebaikan yang mereka lakukan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (Qs. Al-Furqan: 23).
Amalan-amalan orang kafir, meskipun tampak besar dan mulia di mata manusia, di sisi Allah tidak memiliki nilai, ibarat debu yang tidak memiliki bobot. Amal yang tidak ditujukan untuk mendapatkan ridha Allah, akan berakhir tanpa balasan di akhirat.
Dari pembelajaran kali ini, kita diingatkan bahwa segala bentuk kebaikan dan usaha keras yang kita lakukan harus selalu diiringi oleh niat yang benar, yakni karena Allah semata. Jika tidak, amalan kita bisa menjadi sia-sia, seperti fatamorgana yang tampak menjanjikan dari kejauhan, tetapi ketika kita mendekatinya, ternyata tidak ada apa-apa.
Dan ingatlah juga bahwasanya Allah juga memperingatkan kita,
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا
"Dan orang-orang yang kafir kepada Allah, amal-amal yang mereka kerjakan tidaklah diberikan pahala sama sekali, ia laksana fatamorgana di tanah yang rendah lagi datar, yang dilihat dan disangka air oleh orang-orang yang sangat dahaga, lalu ia pun mendatanginya, tetapi ketika mendatanginya dia tidak mendapati apapun." (Qs. An-Nur: 39).
Semua ini mengajarkan kita bahwa nilai amal ditentukan oleh iman. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ لَا يَظْلِمُ مُؤْمِنًا حَسَنَةً، يُعْطَى بِهَا فِي الدُّنْيَا وَيُجْزَى بِهَا فِي الْآخِرَةِ، وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيُطْعَمُ بِحَسَنَاتِ مَا عَمِلَ بِهَا لِلَّهِ فِي الدُّنْيَا، حَتَّى إِذَا أَفْضَى إِلَى الْآخِرَةِ، لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَةٌ يُجْزَى بِهَا
Bahwasanya Allah Ta’ala tidak mendzolimi seorang mukmin atas amalan kebaikan yang dia lakukan, Allah membalas kebaikannya di dunia dan di akhirat. Adapun orang kafir Allah memberinya makanan (rizki) di dunia sebagai balasan atas kebaikannya, akan tetapi ketika seorang di akhirat nanti, maka kebaikannya tidak ada nilainya lagi dan dia tidak mendapatkan balasan apa-apa. (HR. Muslim No.2162)
Betapa pentingnya untuk selalu memelihara niat kita. Setiap kebaikan, shalat, zakat, puasa, haji, sedekah, ibadah, dan usaha yang kita lakukan, mari kita niatkan hanya karena Allah. Jangan sampai kita terjerumus pada amalan yang besar di dunia namun tak berarti di akhirat. Allah Maha Adil, dan Dia tidak akan menyia-nyiakan amalan orang yang beriman. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki keimanan, meskipun melakukan banyak kebaikan di dunia, balasannya hanya akan ada di dunia saja, dan tidak akan tersisa lagi di akhirat.
Semoga kita termasuk orang-orang yang amalannya diterima di sisi Allah dan dilindungi dari amalan yang sia-sia. Teruslah perbaharui niat, istiqamahkan hati, dan jadikan setiap amal kita bernilai di dunia dan akhirat.
Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store