Arabiyah Linnasyiin - surga adalah kehidupan kekal yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada-Nya. Surga adalah tempat yang memberikan kenikmatan yang belum pernah dirasakan ketika hidupnya di dunia, baik kenikmatan jasmani maupun rohani. Surga memiliki beberapa tingkatan, dan nikmat yang paling tinggi adalah menyaksikan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Surga adalah tujuan akhir dari setiap muslim, dan untuk mencapainya, kita harus mengikuti ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta mengambil teladan dari salafus shalih, yaitu para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Mereka adalah generasi terbaik umat ini, yang paling dekat dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Surga adalah tujuan akhir dari setiap muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran: 133)
Namun, apakah berarti kita harus meninggalkan dunia dan segala kenikmatannya? Apakah kita harus mengorbankan kebahagiaan dunia demi kebahagiaan akhirat? Bagaimana cara kita menyeimbangkan antara mengejar surga dunia dan surga akhirat?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu merujuk kepada manhaj/jalan beragama yang ditempuh oleh salafus shalih, yaitu para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in, serta ulama yang mengikuti manhaj mereka. Mereka adalah generasi terbaik umat ini, yang paling dekat dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan wahyu Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Salah satu prinsip yang diajarkan oleh salafus shalih dalam menghadapi dunia adalah dunia sebagai “tempat kita bercocok tanam dengan amal shalih, agar kita bisa menuai hasilnya di akhirat kelak”. Dunia bukanlah tujuan akhir kita, melainkan sarana untuk mencapai tujuan akhir kita, yaitu surga.
Oleh karena itu, kita tidak boleh terlena dengan dunia dan segala hiasannya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
"Telah dibuat indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, sedang di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Ali Imran: 14)
Kita juga tidak boleh mengabaikan dunia dan segala kewajiban dan tanggung jawabnya karena dengan menjalani kewajiban dan tanggung jawab sebagai manusia, juga akan dinilai sebagai ibadah jika diniatkan ibadah selama tidak bertentangan dengan syariat.
Kita harus berusaha untuk mengambil manfaat dari dunia sebanyak-banyaknya untuk kita gunakan sebagai fasilitas dalam menjalankan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam lingkup syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan sebagian kita nikmati tetapi tidak menghalangi kita dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan akhirat. Kita harus bersyukur atas nikmat-nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada kita di dunia, dan menggunakannya untuk kebaikan dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kita harus berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar memberikan kita kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, sebagaimana doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Al-Baqarah: 201)
Dengan demikian, kita bisa menyeimbangkan antara mengejar surga dunia dan surga akhirat, tanpa mengorbankan salah satunya. Kita bisa menikmati dunia dengan cara yang halal dan baik, tanpa melupakan akhirat yang abadi. Kita bisa beramal shalih di dunia dengan cara yang optimal dan maksimal, tanpa menyia-nyiakan waktu dan kesempatan. Kita bisa menjadi hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala yang bertakwa, yang selalu mengharapkan rahmat dan ridha-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Dan kita harus mengingat bahwasanya kita hidup di dunia layaknya orang asing atau pengembara seperti apa yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ , أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ
“Hiduplah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.” (HR. Bukhari no. 6416)
Kita harus ingat dunia itu sementara sedangkan akhirat itu kehidupan yang sesungguhnya. Orang yang beriman dan cerdas adalah orang yang tidak lupa akan ajalnya dan paling siap menghadapi kehidupan setelah kematian, karena ia meyakini sepenuhnya bahwa dia tidak akan hidup selamanya dan pasti akan bertemu dengan Allâh Azza wa Jalla.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kita hidayah dan taufik untuk mengikuti jalan salafus shalih, dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendapatkan surga-Nya. Aamiin.
Toko kitab grosir online Alfikar store.