My Blog

  • 13-02-2024

Mengapa Kita Harus Memperbaiki Diri Sebelum Mengkritik Pemimpin

Arabiyah linnasyiinSeringkali kita mendengar atau melihat banyak orang yang mengeluh dan mengkritik pemimpin atau pejabat negara karena dianggap korup, tidak adil, tidak kompeten, atau tidak amanah. Tetapi, apakah kita pernah bertanya kepada diri kita sendiri, apakah kita sendiri sudah bersih dari perilaku-perilaku yang tidak baik seperti itu?

Banyak contoh di sekitar kita yang menunjukkan bahwa masyarakat juga melakukan korupsi, meskipun skala dan bentuknya berbeda-beda. Misalnya:

• Meminta atau memberi uang suap untuk mempercepat atau memuluskan urusan di instansi pemerintah atau swasta 

• Menyogok untuk masuk ke instansi, sekolah, atau universitas tertentu • Tidak bekerja dengan sungguh-sungguh, tapi mengambil hak-hak yang seharusnya diberikan kepada mereka yang bekerja dengan jujur dan rajin 

• Berbohong tentang penghasilan atau status sosial untuk mendapatkan bantuan atau fasilitas yang sebenarnya tidak berhak 

• Menyalahgunakan dana atau barang yang diberikan untuk kepentingan bersama, lalu membaginya dengan orang-orang tertentu atau menggunakannya untuk kepentingan pribadi

Ini adalah beberapa contoh yang mungkin sudah menjadi hal yang biasa dan tidak disadari oleh banyak orang. Padahal, perilaku-perilaku ini juga termasuk korupsi dan merugikan negara dan masyarakat. Bahkan, korupsi besar bisa bermula dari korupsi kecil-kecilan seperti ini.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Quran:

“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi penguasa bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (Al An'am: 129).

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan penguasa yang sesuai dengan tingkat kezaliman masyarakat. Jika masyarakatnya zalim, maka penguasanya juga zalim. Jika masyarakatnya baik, maka penguasanya juga baik. Ini adalah hukum sebab akibat yang berlaku di dunia ini.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah orang-orang mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan kezaliman penguasa, kehidupan yang susah, dan paceklik.” [HR. Ibnu Majah, shahih]

Hadits ini menegaskan bahwa salah satu sebab datangnya siksaan Allah SWT kepada suatu kaum adalah karena mereka tidak jujur dalam berdagang dan bertransaksi. Mereka menipu dan merugikan orang lain dengan cara mengurangi takaran dan timbangan. Akibatnya, Allah Subhanahu wa ta’ala akan mengirimkan penguasa yang zalim, kehidupan yang susah, dan paceklik kepada mereka.

Sebaliknya, kita juga bisa melihat contoh-contoh dari sejarah Islam, bahwa ada pemimpin-pemimpin yang baik, adil, dan amanah, meskipun masyarakatnya tidak semuanya seperti itu. Misalnya:

• Para Nabi dan Rasul yang menjadi pemimpin bagi Bani Israil, tetapi banyak dari Bani Israil yang durhaka, ingkar, dan menyembah berhala. Bahkan, ada yang dilaknat menjadi kera dan babi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. 

• Raja Najasyi yang menjadi raja di Habasyah, tetapi dia menyembunyikan keislamannya dari rakyatnya yang masih beragama Nasrani. Dia adalah seorang raja yang berkuasa, tetapi dia tidak takut untuk membela kaum Muslimin yang berhijrah ke negerinya.

Ini adalah bukti bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala bisa memberikan pemimpin yang baik, meskipun masyarakatnya tidak semuanya baik. Ini adalah rahmat dan karunia Allah Subhanahu wa ta’ala yang tidak bisa dimengerti oleh akal manusia.

Oleh karena itu, kita tidak bisa hanya menyalahkan pemimpin terus-menerus, tanpa melakukan introspeksi dan perbaikan diri. Kita harus menyadari bahwa kita juga memiliki andil dalam menentukan nasib negara dan masyarakat kita. Kita harus berusaha untuk menjadi orang-orang yang baik, jujur, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi orang lain.

Kita harus memulai dari hal-hal yang kecil, seperti keluarga, lingkungan, dan pekerjaan kita. Kemudian menjaga keluarga kita dengan ilmu, iman, dan tauhid. Tidak lupa pula dengan menjalin hubungan yang baik dengan tetangga, saudara, dan teman kita. Kita harus bekerja dengan profesional, kreatif, dan produktif. Kita juga harus berkontribusi untuk kemajuan dan kesejahteraan negara dan masyarakat kita.

Yang harus kita ingat bahwa keluarga adalah miniatur negara dan masyarakat. Keluarga adalah bata kecil penyusun bangunan yang besar. Tanpa bata kecil yang kuat dan kokoh, bangunan itu akan mudah roboh dan hancur.

Yang terpenting adalah kita harus berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar memberikan pemimpin-pemimpin yang baik, adil, dan amanah kepada kita. Dengan  mendoakan keselamatan, kesehatan, dan keberhasilan pemimpin-pemimpin kita. Kemudian mendukung dan membantu pemimpin-pemimpin kita dalam hal-hal yang baik dan benar.

Kita tidak boleh mencela dan menghina pemimpin-pemimpin kita, karena celaan itu bisa menjadi doa yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Kita tidak boleh mengharapkan kegagalan dan kehancuran pemimpin-pemimpin kita, karena itu bisa berdampak buruk bagi kita semua.

Jangan bersikap apatis dan acuh tak acuh terhadap kondisi negara dan masyarakat kita. Jangan  diam dan lepas tangan jika ada ketidakadilan dan kezaliman yang terjadi. Kita harus berani dan bijak untuk menasehati dan mengingatkan pemimpin-pemimpin kita jika mereka melakukan kesalahan atau menyimpang dari jalur yang benar. Kalau kita tidak mampu yang bisa kita lakukan adalah berdoa.

Namun, kita harus mengetahui adab dan cara yang baik untuk menasehati pemimpin-pemimpin kita. Berikut adalah beberapa adab yang harus kita perhatikan:

• Menasehati dengan niat yang ikhlas, bukan untuk mencari popularitas, keuntungan, atau pujian dari orang lain 

• Menasehati dengan bahasa yang sopan, santun, dan hormat, bukan dengan kata-kata yang kasar, keras, atau menyinggung 

• Menasehati dengan ilmu dan fakta yang benar, bukan dengan opini atau spekulasi yang tidak jelas 

• Menasehati dengan cara yang bijak, tepat dan di tempat sepi berdua tidak di depan banyak orang, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, bukan dengan cara yang gegabah atau provokatif 

• Menasehati dengan sikap yang sabar dan tawakal, bukan dengan sikap yang emosional atau putus asa

Semoga bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi bagi kita semua. bersama-sama memperbaiki diri dan mendoakan pemimpin-pemimpin kita agar menjadi pemimpin-pemimpin yang baik, adil, dan amanah. Aamiin.

Kitab Arabiyah linnasyiin – Fikar store 

admin
Admin