Nahwu Wadhih - Manusia adalah makhluk yang lemah, sangat membutuhkan pertolongan dan bimbingan Allah dalam setiap langkah kehidupan. Walaupun kita berusaha sekuat tenaga, tanpa kehendak dan rahmat Allah, tidak ada satu pun urusan yang bisa kita selesaikan dengan sempurna. Bahkan, dalam sekejap mata sekalipun, kita sangat membutuhkan bimbingan dan kekuatan dari Allah Ta’ala.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada putrinya, Fatimah radhiyallahu 'anha, doa yang sangat indah untuk diucapkan setiap pagi dan petang. Beliau memberikan contoh betapa pentingnya bersandar sepenuhnya kepada Allah azza wa jalla, dengan mengucapkan:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
“Ya Hayyu Ya Qayyum, birahmatika astaghitsu, ashlih li sya’nii kullahu, wa laa takilni ila nafsi thorfata ‘ain”
"Wahai Rabb Yang Maha Hidup, Wahai Zat Yang Maha Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah seluruh urusanku, dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri walau hanya sekejap mata.”
(HR. Ibnu As-Sunni, An-Nasa’i, Al-Bazzar, Al-Hakim)
Doa ini mengandung pengakuan atas kelemahan seorang hamba dan kesadaran bahwa tanpa pertolongan Allah, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya dengan rahmat-Nya, kita mampu menjalani segala urusan dunia maupun persiapan untuk kehidupan akhirat. Doa ini mengajarkan bahwasanya ketergantungan pada Allah adalah kebutuhan hakiki seorang hamba, sementara merasa cukup dengan kemampuan sendiri adalah bentuk keangkuhan.
Sering kali manusia merasa berhasil karena usahanya sendiri dan lupa bahwasanya Allah yang memberi kemampuan tersebut. Padahal, setiap detik dalam hidup kita adalah atas izin-Nya, dan kesuksesan yang kita capai adalah karunia-Nya. Dalam keadaan senang dan lapang, banyak orang yang melupakan bahwa semua itu adalah pemberian-Nya, bukan sekadar hasil usaha sendiri.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan doa lain untuk mereka yang dirundung duka, yang memiliki makna serupa:
اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِى إِلَى نَفْسِى طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِى شَأْنِى كُلَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
Allahumma rahmataka arjuu fa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin wa ash-lihlii sya’nii kullahu laa ilaha illa anta
“Ya Allah, dengan rahmat-Mu, aku berharap, janganlah Engkau sandarkan urusanku pada diriku walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku seluruhnya, tidak ada ilah yang berhak disembah selain Engkau.” (HR. Abu Daud no. 5090, Ahmad 5: 42)
Doa ini adalah pengakuan bahwa manusia tidak memiliki kemampuan yang utuh dan membutuhkan Allah untuk memperbaiki setiap urusannya, baik yang besar maupun yang kecil. Mengakui kelemahan di hadapan Allah azza wa jalla adalah bentuk tawadhu, atau kerendahan hati, yang mendekatkan hamba kepada-Nya.
Selain bergantung kepada Allah, manusia juga menerima bantuan dari sesama, walau kita tidak boleh bergantung pada manusia. Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia dalam bentuk yang saling melengkapi, dengan kekurangan dan kelebihan yang berbeda. Tidak ada satu pun dari kita yang mampu hidup mandiri sepenuhnya.
Semoga Allah memberi kekuatan dan kemudahan dalam setiap urusan yang kita jalani, baik di dunia maupun persiapan untuk kehidupan akhirat. Semoga bermanfaat.
Kitab Nahwu Wadhih - Fikar Store