My Blog

  • 01-02-2024

Mencari Ridho Allah, Bukan Ridho Manusia

Arabiyah linnasyiin  Dalam hidup ini, kita sering kali berusaha untuk menyenangkan orang lain, baik itu keluarga, teman, atasan, atau masyarakat. Kita ingin mendapatkan pujian, penghargaan, atau perlakuan baik dari mereka. Namun, apakah kita sadar bahwa mencari ridho manusia bisa menjadi penyakit hati yang berbahaya? Apakah kita menyadari bahwa hanya ridho Allah yang seharusnya kita cari?

Mari kita perhatikan hadist berikut:

عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ قَالَ كَتَبَ مُعَاوِيَةُ إِلَى عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رضى الله عنها أَنِ اكْتُبِى إِلَىَّ كِتَابًا تُوصِينِى فِيهِ وَلاَ تُكْثِرِى عَلَىَّ. فَكَتَبَتْ عَائِشَةُ رضى الله عنها إِلَى مُعَاوِيَةَ سَلاَمٌ عَلَيْكَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ »

Dari seseorang penduduk Madinah, ia berkata bahwa Mu’awiyah pernah menuliskan surat pada ‘Aisyah -Ummul Mukminin- radhiyallahu ‘anha, di mana ia berkata, “Tuliskanlah padaku suatu nasehat untuku dan jangan engkau perbanyak.” ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pun menuliskan pada Mu’awiyah, “Salamun ‘alaikum (keselamatan semoga tercurahkan untukmu). Amma ba’du. Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mencari ridho Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan cukupkan dia dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari ridho manusia namun Allah itu murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia.” (HR. Tirmidzi no. 2414 dan Ibnu Hibban no. 276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dalam lafazh lain, dari Ibnu Hibban,

مَنْ اِلْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رضي الله عنه وَأَرْضَى عَنْهُ النَّاسَ ، وَمَنْ اِلْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ

Barangsiapa yang mencari ridho Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan meridhoinya dan Allah akan membuat manusia yang meridhoinya. Barangsiapa yang mencari ridho manusia dan membuat Allah murka, maka Allah akan murka padanya dan membuat manusia pun ikut murka.

Mencari ridho manusia adalah perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan ini hal yang terlarang, karena bisa mengurangi keimanan dan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala adalah satu-satunya yang berhak dicari ridhonya, karena Dia adalah Tuhan, Pencipta, Pemberi Rezeki, dan Penguasa segala sesuatu. Allah subhanahu wa ta’ala juga Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Mengetahui segala yang kita lakukan. 

Jika kita mencari ridho Allah subhanahu wa ta’ala, maka Allah akan memberikan kita kecukupan, keamanan, kebahagiaan, dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Jika kita mencari ridho manusia, maka Allah akan meninggalkan kita kepada manusia, yang bisa berubah-ubah, menyakiti, dan berbuat zholim kepada kita. Oleh karena itu, kita harus bersungguh-sungguh untuk mencari ridho Allah ta’ala, bukan ridho manusia. Kita harus bersandar dan bertawakkal kepada Allah, bukan kepada manusia. Kita harus mengikuti nasehat dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, yang merupakan salah satu istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan salah satu ulama wanita terbaik. Semoga Allah memberi kita taufik dan hidayah untuk selalu mengedepankan ridho Allah ta’ala daripada ridho manusia. Amin.

Kita hanya diwajibkan taat dan mencari ridho Allah dan rasul-Nya, bukan kepada manusia. Kita tidak boleh mengorbankan ketaatan kepada Allah demi memenuhi keinginan atau harapan manusia. Kita tidak boleh mengkhianati Allah dan rasul-Nya demi mendapatkan simpati atau dukungan manusia.

Mencari ridho manusia bisa menimbulkan akibat-akibat buruk, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, kita akan merasa tidak tenang, tidak puas, dan tidak bahagia. Kita akan selalu merasa khawatir, takut, dan cemas dengan apa yang dikatakan atau dilakukan manusia terhadap kita. Kita akan selalu merasa tergantung, terikat, dan terbebani dengan manusia. Kita akan kehilangan harga diri, kebebasan, dan kemandirian kita. Di akhirat, kita akan mendapatkan murka, azab, dan siksa dari Allah. Kita akan kehilangan rahmat, ampunan, dan ridho dari Allah. Kita akan termasuk golongan orang-orang yang merugi dan celaka. 

Dengan demikian harus berhati-hati dan berusaha untuk menyembuhkan penyakit mencari ridho manusia ini. Kita harus membersihkan hati kita dari sifat riya, sum’ah, ujub, takabur, dan lain-lain yang bisa mengotori niat dan amal kita. Kita harus mengikhlaskan segala sesuatu hanya karena Allah, tanpa mengharapkan balasan atau pengakuan dari manusia. Kita harus mengingat bahwa Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Mengetahui segala yang kita lakukan. Kita harus mengingat bahwa Allah adalah Tuhan, Pencipta, Pemberi Rezeki, dan Penguasa segala sesuatu. Kita harus mengingat bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak dicintai, ditakuti, dan diharapkan.

Mencari ridho Allah akan memberikan manfaat-manfaat besar, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, kita akan merasa tenang, puas, dan bahagia. Kita akan selalu merasa aman, percaya, dan bersyukur dengan apa yang diberikan atau diambil Allah dari kita. Kita akan selalu merasa mandiri, bebas, dan berani dengan Allah. Kita akan meningkatkan harga diri, kualitas, dan kreativitas kita.

Di akhirat, kita akan mendapatkan rahmat, ampunan, dan ridho dari Allah. Kita akan mendapatkan surga, kenikmatan, dan kebahagiaan abadi. Kita akan termasuk golongan orang-orang yang beruntung dan sukses.

Mari kita bersungguh-sungguh untuk mencari ridho Allah, bukan ridho manusia. Mari kita jadikan Allah sebagai tujuan, motivasi, dan inspirasi kita dalam hidup ini. Mari kita jadikan Allah sebagai sahabat, penolong, dan pelindung kita dalam segala keadaan. Mari kita jadikan Allah sebagai cinta, rindu, dan harapan kita di dunia dan akhirat. Wallahu a’lam.

Kitab Arabiyah linnasyiin – Fikar store

admin
Admin