Kitab tashrif - Kemarahan memang merupakan bagian dari sifat manusia yang sangat wajar terjadi, namun seringkali kemarahan dapat membuat kita hilang kendali. Saat itulah, ucapan-ucapan yang seharusnya tidak seharunsnya keluar justru bisa terlontar tanpa disadari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kita dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:
قال رجل: والله لا يغفر الله لفلان، فقال الله: من ذا الذي يتألى عليَّ أن لا أغفر لفلان؟ إني قد غفرت له، وأحبطت عملك
“Ada seorang lelaki yang berkata, ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan..’ Allah berfirman, ‘Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan..? Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapuskan amalmu..’”
(HR. Muslim)
Dalam hadits ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala menegur lelaki tersebut karena berani menghakimi pengampunan Allah terhadap orang lain. Bahkan, Allah membatalkan seluruh amal kebaikannya sebagai balasan atas kesombongan dalam lisannya. Menahan lisan, terutama saat marah, menjadi perkara penting untuk menghindari hal-hal yang merusak amalan.
Maka, Ini bahaya ucapan ketika marah
Terkadang, dalam kondisi marah, seseorang bisa mengeluarkan kata-kata yang merugikan. Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
"Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, ia telah mengucapkan kata-kata yang merusak dunia dan akhiratnya."
Ucapan buruk yang keluar saat marah tidak hanya berpotensi menyakiti orang lain, tetapi juga berisiko merusak amal-amal shalih yang telah kita kumpulkan. Ato’ bin Abi Robah rahimahullah bahkan berkata:
إن الرجل ليتكلم في غضبه بكلمة يهدم بها عمل ستين سنة ، أو سبعين سنة**
“Sesungguhnya seseorang berbicara saat marahnya dengan sebuah kalimat yang dapat menghancurkan amalan selama 60 atau 70 tahun.”
(*Fathul Bari* Ibnu Rojab 1/200)
Betapa besar bahaya dari ucapan yang terlontar tanpa berpikir panjang, terlebih jika kata-kata itu mengandung hinaan atau merendahkan orang lain. Kemarahan yang tidak terjaga lisan bisa membatalkan amalan-amalan kita, baik yang telah lalu maupun yang akan datang.
Maka, Tahan lisanmu ketika marah
Kemarahan mungkin tidak dapat dihindari, tetapi sesungguhnya kita dapat mengendalikan diri agar tidak mengeluarkan ucapan yang buruk yang bahkan menghancurkan amal kita. Berikut adalah beberapa langkah yang diajarkan dalam Islam untuk meredakan kemarahan:
1. Berdiam Diri atau Menghindar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan untuk berdiam diri ketika marah. Dengan berdiam diri, kita memberi waktu untuk menenangkan pikiran agar tidak mengatakan sesuatu yang buruk.
2. Mengubah Posisi atau Berwudhu
Jika berdiri, duduklah. Jika duduk, berbaringlah. Kemarahan sering kali bisa diredakan dengan mengubah posisi tubuh atau dengan berwudhu, karena wudhu mampu menenangkan hati.
3. Mengucapkan Ta’awudz
Dalam hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menganjurkan untuk mengucapkan “A’udzu billahi minasy-syaithanir-rajim” (aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk) saat marah. Ini adalah langkah yang sangat efektif untuk meredakan kemarahan karena kemarahan sering kali merupakan bisikan dari setan.
Menjaga Amalan dengan Menjaga Lisan
Amal ibadah yang kita lakukan membutuhkan perjuangan, kesabaran, dan waktu. Karena itu, alangkah ruginya bila amal-amal tersebut rusak hanya karena ucapan yang keluar tanpa kendali. Menjaga lisan, terutama ketika marah, adalah bentuk dari ketakwaan dan kesabaran yang akan mendatangkan rahmat Allah serta menjaga kualitas amalan kita.
Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk mengendalikan lisan, terutama saat marah, agar tidak mengeluarkan kata-kata yang dapat merugikan dunia dan akhirat kita.
Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store