My Blog

  • 10-10-2024

Memuji Allah ketika ditimpa Musibah

Al-arabiyah linnasyiin -  Ketika musibah melanda, reaksi pertama kita sering kali dipenuhi dengan rasa kaget, sedih, atau bahkan protes terhadap takdir. Namun, dalam ajaran Islam, musibah bukanlah semata-mata bentuk cobaan, melainkan peluang untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meraih pahala yang besar. Salah satu contoh dari teladan kesabaran dalam menghadapi musibah datang dari seorang ulama tabi'in yang terkenal, Syuraih. Ia memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana seorang hamba bisa memuji Allah di tengah musibah, dan bagaimana memaknai musibah dengan positif. 

Syuraih, sorang ulama’ Tabi’n mengatakan bahwa ketika ia ditimpa musibah, ia selalu memuji Allah empat kali. Ini bukan sekadar ungkapan lisan, tetapi refleksi dari keyakinan mendalam bahwa setiap musibah memiliki hikmah. Berikut empat alasan Syuraih memuji Allah: 

Musibah Tidak Lebih Besar dari yang Ditanggungnya 

“Aku memuji Allah karena musibah yang kuterima tidak lebih besar dari yang seharusnya.” 

Setiap musibah, sekecil atau sebesar apapun, bisa saja lebih berat. Namun, Allah menghendaki agar hamba-Nya mampu menanggungnya. Dengan demikian, ada rasa syukur bahwa musibah tersebut masih dalam batas yang dapat ditoleransi. 

Dianugerahkan Kesabaran 

“Aku memuji Allah karena Dia menganugerahkan kesabaran padaku.” 

Kesabaran adalah anugerah yang tak ternilai ketika menghadapi kesulitan. Banyak orang yang mungkin kehilangan kendali saat ditimpa musibah, namun Allah memberikan karunia berupa ketenangan hati dan keteguhan dalam menerima takdir-Nya. 

Kemudahan untuk Mengucapkan Istirja’ 

“Aku memuji Allah karena Allah memudahkanku untuk beristirja’.” 

Mengucapkan kalimat "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" bukan sekadar ucapan tanpa makna, melainkan tanda penerimaan akan takdir Allah dan pengharapan akan pahala di akhirat. Ini adalah bentuk keyakinan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. 

Musibah Tidak Mengenai Agama 

“Aku memuji Allah karena musibah ini tidak mengenai agamaku.” 

Kehilangan duniawi—harta, kesehatan, atau orang yang dicintai—adalah berat. Namun, yang paling berbahaya adalah jika musibah tersebut mengguncang iman atau mengakibatkan kerusakan pada agama seseorang. Karena itu, Syuraih merasa bersyukur bahwa musibah yang dihadapinya tidak mempengaruhi keyakinan dan keimanannya. 

Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikan janji khusus bagi mereka yang bersabar ketika ditimpa musibah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: 

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ 
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ 

"Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: 'Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.'" (QS. Al-Baqarah: 155) 

Ayat ini menegaskan bahwa sabar bukan hanya perbuatan pasif, melainkan bagian dari iman. Orang yang sabar akan mendapatkan shalawat, rahmat, dan petunjuk dari Allah: 

أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ 

"Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 157) 

Selain pahala dan rahmat, sikap ridha terhadap takdir Allah juga mendatangkan hidayah. Barangsiapa yang menerima musibah dengan keimanan, Allah akan memberikan hidayah ke dalam hatinya. 

مَاۤ أَصَابَ مِن مُّصِیبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن یُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ یَهۡدِ قَلۡبَهُۥ 

"Tidaklah ada musibah yang menimpa kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah (bersabar), niscaya Allah akan memberikan hidayah kepada hatinya." (QS. At-Taghaabun: 11) 

Dalam setiap musibah yang menimpa, terdapat pelajaran penting tentang kesabaran, ridha, dan memuji Allah. Dengan mengingat bahwa segala sesuatu terjadi dengan izin Allah, seorang hamba seharusnya memanfaatkan musibah sebagai sarana untuk mendekat kepada-Nya, meraih pahala, dan mendapatkan ketenangan dalam keyakinan bahwa Allah Maha Tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. 

Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store   

admin
Admin