Al-arabiyah linnasyiin - Dalam kehidupan yang sementara ini, kita sering tergoda oleh kilauan dan keindahan dunia yang fana padahal surga jauh lebih baik. Sahabat Nabi shalallahualaihi wa sallam yang mulia, 'Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, dalam salah satu khutbahnya, mengingatkan kita tentang pentingnya memfokuskan diri pada keabadian akhirat daripada kesementaraan dunia.
Beliau mengatakan, “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memberikan dunia kepada kalian agar kalian dapat mencari akhirat dengannya, dan tidaklah Allah memberikan dunia agar kalian condong kepadanya. Sungguh, dunia akan binasa sementara akhirat akan abadi.”
Pesan ini mengajarkan kita bahwa dunia hanyalah sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, yaitu kehidupan akhirat yang kekal. Kita tidak boleh membiarkan diri kita terbuai oleh kesenangan sementara sehingga melupakan tujuan akhir kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآَخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu, serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering, dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)
'Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu juga mengingatkan, “Janganlah dunia yang fana ini membuat kalian menjadi sombong dan jangan pula (dunia ini) menyibukkan kalian dari yang abadi (akhirat). Pilihlah oleh kalian yang abadi daripada yang fana. Karena dunia ini akan terputus dan sesungguhnya tempat kembali hanya kepada Allah.”
Apa yang kita harus lakukan adalah mengutamakan kebaikan dan kebahagiaan di akhirat daripada mengutamakan hal-hal duniawi. Maka berusahalah untuk tidak terjebak dalam kesombongan atau keasyikan di atas dunia ini yang jelas akan berakhir. Sebaliknya, kita harus menggunakan waktu dan sumber daya kita untuk beramal shalih dalam rangka meraih kebahagiaan yang abadi yaitu surga. Maka coba kita renungkan ayat berikut:
مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ أُكُلُهَا دَآئِمٞ وَظِلُّهَاۚ تِلۡكَ عُقۡبَى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْۚ وَّعُقۡبَى ٱلۡكَٰفِرِينَ ٱلنَّارُ
“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa ialah (seperti taman) yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Buahnya tak henti-henti dan (demikian pula) naungannya. Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa. Dan tempat kesudahan bagi orang-orang yang kafir ialah neraka.” (QS. Ar-Ra’d: 35)
Mari kita ambil pelajaran dari kata-kata bijak dari sahabat 'Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu dan berusaha untuk menjalani kehidupan yang berorientasi pada akhirat, di mana setiap tindakan kita di dunia ini adalah langkah menuju kehidupan yang abadi di sisi Allah. Aamiin.
Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store