My Blog

  • 05-05-2025

Melampaui Kompetisi dan Menemukan Makna dalam Bermanusia

Kitab tashrif -    Di dunia yang bergerak semakin cepat ini, kita seolah-olah dihadapkan pada perlombaan yang tiada henti. Sejak dini, kita didorong untuk unggul. Menjadi yang tercepat, terpandai, dan tertinggi. Seolah-olah hidup hanyalah soal siapa yang tiba pertama di garis akhir. Namun, pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya: setelah semua itu diraih, apa yang benar-benar tinggal? 

Barangkali yang tertinggal hanya lelah. Barangkali yang tersisa hanyalah ruang kosong yang tak mampu diisi oleh tepuk tangan atau pujian manusia. Karena pada akhirnya, kemenangan tanpa makna adalah kesunyian yang paling riuh. 

Di balik sorak-sorai dunia, hati kita bisa saja diam-diam menangis. Dalam upaya mengejar posisi, kita bisa kehilangan arah. Mungkin tanpa sadar kita mulai memandang sesama sebagai pesaing, bukan sebagai sahabat seperjalanan. Kita sibuk membandingkan, mengukur, dan menilai, hingga lupa untuk memahami, membantu, dan menyapa. Perlombaan ini sering kali membuat kita asing dari kemanusiaan kita sendiri. 

Namun, hidup bukan hanya tentang siapa yang tercepat, tetapi untuk apa semua langkah itu diambil. 

Kemudian coba kita bayangkan jika kita ubah sudut pandang. Alih-alih bertanya, “Bagaimana agar aku lebih unggul dari yang lain?”, mari kita bertanya, “Bagaimana aku bisa lebih berguna bagi orang lain?” 

Saat tujuan hidup beralih dari ego pribadi menuju kebermanfaatan, maka langkah kita akan lebih ringan, dan hati kita akan lebih tenang. Kita tidak lagi merasa terancam oleh keberhasilan orang lain. Justru, kita akan belajar untuk ikut bahagia melihat mereka tumbuh dan berhasil. Karena kita tahu, bahwa nilai kita tak diukur dari seberapa tinggi kita berdiri, tapi seberapa banyak kita menunduk untuk membantu. 

Dan ketika kita berbuat baik—sekecil apa pun itu—dengan niat yang tulus, maka kita telah menorehkan arti dalam hidup orang lain. Senyum yang kita hadirkan, waktu yang kita luangkan, dan bantuan yang kita berikan bisa jadi adalah titik terang dalam hari-hari gelap seseorang. 

Sesungguhnya suatu kebaikan itu dapat menular, 

Percayalah, kebaikan yang tulus akan selalu kembali kepada pelakunya. Bukan dalam bentuk trofi atau popularitas, tapi dalam bentuk yang jauh lebih bernilai: ketenangan hati, kelapangan jiwa, dan relasi yang penuh makna, dan yang terpenting adalah jika kita ikhlas melakukannya semata-mata untuk menggapai ridha dari Allah Jalla jalaluhu. 

Hidup ini sejatinya bukan tentang menimbun pencapaian, tapi tentang menebar manfaat. 

Kita tidak harus hebat untuk mulai bermanfaat. Namun, setiap kebaikan, sekecil apa pun, akan selalu punya tempat di hati orang lain. Dan tempat itulah yang akan menjadi warisan abadi kita. 

Berkembanglah untuk Bersama, Bukan Sekadar mengais kemenangan 

Di zaman yang serba digital ini, kemajuan teknologi dan pengetahuan semestinya menjadi jembatan, bukan tembok. Tujuannya bukan untuk bersaing tanpa arah, tapi untuk saling menyambung, saling menguatkan. Maka perkembangan yang sejati bukanlah tentang siapa yang paling mutakhir, tapi siapa yang paling bijak memanfaatkan kemajuan itu untuk menebar manfaat seluas-luasnya. 

Marilah kita Kembali ke Akar Kemanusiaan 

Mari kita istirahat sejenak dari riuhnya perlombaan. Mari duduk, merenung, dan bertanya: “Apa yang ingin aku tinggalkan setelah semua ini usai?” 
atau apakah kita pernah berpikir tentan apakah ada pahala jariyah yang bisa kita lakukan? 

Karena pada akhirnya, bukan jumlah pengikut, gelar, atau piala yang akan dikenang. Tapi jejak-jejak kebaikan yang tertinggal sebagai manfaat kebaikan untuk sekitar. 

Biarlah hidup ini menjadi ladang amal, bukan arena ego. Biarlah kita tak dikenal dunia, asal dikenal langit sebagai jiwa yang memberi manfaat. Karena makna sejati dari hidup bukanlah menjadi yang terbaik, tapi menjadi yang paling memberi. Dan ingatlah apa yang Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, 

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." 
(Hadits Hasan, HR. Ahmad dan ath-Thabrani) 

Semoga kita diberi kekuatan untuk berlomba dalam kebaikan, bukan hanya dalam pencapaian. 
Karena kebahagiaan sejati tak terletak di podium, tapi dalam hati yang damai dan hidup yang memberi arti. 

Toko grosir kitab online - kitab tashrif - fikar store  

admin
Admin