Al-arabiyah linnasyiin - Rasa malu adalah salah satu akhlak mulia yang dianugerahkan Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba-Nya. Dalam ajaran Islam, rasa malu bukan sekadar perasaan yang timbul dari rasa tidak nyaman atau gelisah, melainkan ia merupakan bagian dari cabang keimanan. Seseorang yang memiliki rasa malu akan terhindar dari perbuatan dosa dan perilaku yang tidak pantas. Banyak dalil dalam syariat Islam yang menjelaskan betapa penting dan indahnya rasa malu ini.
Dari Imran bin husain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ
"Sifat malu tidak datang kecuali dengan kebaikan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dengan derajat sahih. Sahih adalah istilah yang menunjukkan bahwa hadis tersebut disampaikan oleh orang-orang yang terpercaya dan memiliki hafalan yang kuat dari tiap generasi, tiada kejanggalan maupun cacat. Oleh karena itu, hadis ini dapat dijadikan landasan dalam berhujjah dan dapat diaplikasikan sehari-hari.
Dalam hadis ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan keutamaan memiliki sifat malu. Malu adalah sifat yang mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Sifat malu adalah karunia Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang dikehendaki-Nya untuk mendapatkan kebaikan.
Rasa malu dapat terbagi menjadi dua:
Al-Haya’: Rasa malu yang dibutuhkan dalam setiap keadaan dan selalu menuntun kepada kebaikan.
Al-Khojal: Rasa malu yang kurang baik, seperti malu dalam melakukan kebaikan. Jenis malu ini bukanlah sesuatu yang dituntunkan dalam Islam.
Sebaik-baik rasa malu adalah malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Malu ini diwujudkan dengan menjaga pikiran dari hal-hal buruk, menahan nafsu buruk, dan selalu mengingat kematian yang mendorong kita untuk melakukan kebaikan serta meninggalkan keburukan.
Rasa malu adalah penuntun yang baik dalam setiap keadaan. Namun, ketika seseorang kehilangan rasa malu, ia akan sulit membedakan antara kebaikan dan keburukan. Oleh karena itu, seorang muslim harus menjaga hatinya, merawat rasa malu, dan berusaha untuk tidak menghilangkannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُولَى إِذا لَم تَستَحْيِ فاصْنَعْ مَا شِئْتَ
"Sesungguhnya termasuk perkara yang didapati oleh manusia dari perkataan nubuwwah yang pertama adalah jika engkau tidak malu maka berbuatlah sesukamu."(HR. Bukhari, Ahmad, Abû Dâwud, Ibnu Mâjah dan lainnya)
اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ.
“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.” (Muttafaq ‘alaihi)
اَلْـحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ.
“Malu itu kebaikan seluruhnya.” (HR.al-Bukhâri dan Muslim, dari Shahabat ‘Imran bin Husain)
Rasa malu bagaikan sebuahperisai bagi seorang muslim melindungi dari segala bentuk keburukan. Dengan memelihara rasa malu, seorang muslim akan lebih mudah menahan diri dari perbuatan dosa dan selalu terdorong untuk melakukan kebaikan dan bersungguh-sungguh mendekatkan diri kepada-Nya. Mari kita jaga dan rawat rasa malu kita, karena di dalamnya terkandung banyak kebaikan dan keberkahan dalam hidup.
Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store