Al-arabiyah linnasyiin - Iman kepada takdir memberikan ketenangan dan ketenteraman dalam hati seorang mukmin. Ketika seseorang menerima dan ridha dengan ketetapan Allah, jiwanya akan terbebas dari kecemasan dan kegoncangan. Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur'an bahwa segala sesuatu yang menimpa manusia telah tertulis di lauhulmahfuz. Allah berfirman:
"...agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu."
(QS. Al-Hadid: 23)
Seorang mukmin tidak perlu cemas apalagi bersedih hati atas ketetapan yang tidak sesuai dengan keinginannya, juga jangan sampai tertipu dengan kenikmatan dunia yang dia peroleh. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menjelaskan bahwa sifat sabar ketika ditimpa kesulitan dan bersyukur ketika mendapat kesenangan adalah tanda iman yang kuat, sebagaimana dalam hadis beliau shalallahu alaihi wa sallam:
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka hal itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesulitan, ia bersabar, maka hal itu juga baik baginya."
(HR. Muslim no. 2999)
Iman kepada takdir tidak berarti pasrah tanpa usaha. Sebaliknya, seorang mukmin harus tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai kebaikan. Jika hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, dia harus menyadari bahwa takdir Allah pasti terjadi dan mengatakan:
"قدر الله وما شاء فعل" (Takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi).
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, masing-masing ada kebaikan. Semangatlah meraih apa yang bermanfaat untukmu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah, serta jangan bersikap lemah. Jika engkau tertimpa musibah, janganlah mengatakan: Seandainya aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain. Akan tetapi, katakanlah: Takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi. Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu setan."
(HR. Muslim no. 2664)
Seorang mukmin tidak akan meraih kenikmatan iman sepenuhnya hingga dia yakin bahwa apa yang telah ditetapkan untuknya, tidak akan meleset. Kemudian apa yang tidak ditetapkan untuknya, tidak akan menimpanya. Sebagaimana nasihat sahabat Ubadah bin Ash-Shamat radhiyallahu anhu kepada anaknya, mengutip sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam kepada Ibnu Abbas radhiyallahu anhu:
"Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberikanmu suatu manfaat, maka manfaat itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka bersatu untuk mendatangkan mudarat kepadamu, maka mudarat itu tidak akan menimpamu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering."
(HR. Ahmad no. 2669, Tirmidzi no. 2516, dinilai sahih oleh Tirmidzi)
Iman kepada takdir bukan berarti duduk bermalas-malasan tanpa usaha. Sebaliknya, Allah telah menetapkan sebab-sebab bagi setiap hasil, dan bagian dari takdir adalah berusaha dengan sungguh-sungguh. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mencontohkan usaha ini dalam setiap tindakan beliau, termasuk dalam peperangan, berobat, dan mencari nafkah.
Sebagai contoh, ketika Umar bin Khattab radhiyallahu anhu diminta pendapat tentang wabah Tha’un, beliau menjawab:
"Kita berpindah dari satu takdir Allah ke takdir Allah yang lain."
(HR. Bukhari no. 5397, Muslim no. 2219)
Ini menunjukkan bahwa memahami takdir dengan benar tidak berarti menghindari usaha atau bersikap pasif.
Pemahaman yang benar tentang takdir memberikan kekuatan dan semangat yang besar kepada seorang mukmin. Kaum muslimin terdahulu memahami takdir dengan benar, sehingga mereka berhasil menaklukkan banyak wilayah dan menyebarkan Islam dengan keadilan. Iman kepada takdir memberikan mereka keberanian dan kemampuan maksimal dalam menjalankan tugas mereka di dunia.
Takdir yang menimpa mereka tidak melemahkan semangat mereka. Sebaliknya, mereka terus berjuang dengan cita-cita yang mulia, menegakkan keadilan, dan memanfaatkan karunia Allah di bumi.
Iman kepada takdir adalah salah satu pilar penting dalam aqidah Islam yang membawa banyak manfaat bagi kehidupan seorang mukmin. Dengan memahaminya secara benar, kita akan mencapai ketenangan hati, keteguhan dalam iman, semangat dalam berusaha, dan kekuatan dalam menghadapi cobaan hidup. Semoga Allah Ta’ala memberi kita taufik untuk mengamalkan iman kepada takdir dengan pemahaman yang benar. Aamiin.
Kitab Bahasa Arab - Arabiyah linnasyiin – Fikar store